BANYUWANGI – Pertumbuhan sektor perhotelan yang sangat pesat beberapa tahun terakhir dipastikan bakal terhenti sementara waktu. Sebab, pihak pemkab kini menyetop izin pendirian hotel baru di Bumi Blambangan. Hal itu disampaikan langsung Bupati Abdullah Azwar Anas kemarin (16/2).
Di katakan, untuk sementara pemkab tidak akan mengobral izin pendirian hotel baru di kabupaten berjuluk The Sunrise of Java ini. “Kami tidak mengobral izin pendirian hotel. Hotel-hotel yang saat ini telah ada dan yang sedang dibangun biar tumbuh dulu. Itu policy-nya,” ujarnya usai membuka Musyawarah Rencana Pembangunan Kecamatan (Mus- renbangcam) 2018 se-Banyuwangi di Pantai Blimbingsari, Kecamatan Blimbingsari.
Anas menjelaskan, pengendalian pendirian hotel perlu dilakukan untuk menjaga iklim investasi di Banyuwangi. “Kalau tidak (dikendalikan), akan terjadi perang tarif hingga menyebabkan persaingan yang tidak sehat,” kata dia. Seperti diketahui, sejumlah hotel berbintang berjejaring kini dibangun di Banyuwangi.
Jaringan Hotel Aston dan Hotel Agastya, misalnya. Pembangunan Hotel Aston yang berlokasi di jalan Brawijaya telah dimulai sejak Oktober 2016 lalu. Hotel delapan lantai tersebut diproyeksi mulai beroperasi Oktober mendatang. Sementara itu, pembangunan Hotel Agastya yang berlokasi di jalan Yos Sudarso, juga terus berlangsung.
Hotel 137 kamar tersebut digadang-gadang mulai beroperasi Lebaran mendatang. Perkembangan dunia perhotelan di Banyuwangi menjadi salah satu indikator bahwa sektor pariwisata di kabupaten The Sunrise of Java ini masih sangat prospektif.
“Kalau tidak prospektif, orang tidak mau berjibaku membangun tempat usaha di Banyuwangi,” cetus Anas. Dikatakan, pihak investor hotel tersebut menanamkan investasi di Bumi Blambangan murni pertimbangan bisnis. Artinya, pihak investor tersebut pasti telah menghitung return on investment (ROI) alias rasio profitabilitas.
“Ini business to business (B to B). Investor mau mendirikan usaha di Banyuwangi, berarti ROI-nya oke,” kata dia. Anas menambahkan, pihaknya menargetkan Banyuwangi menjadi MICE, yakni lokasi meeting (pertemuan), incentive (insentif), convention (konvensi), dan exhibition (pameran).
“Selama ini orang lebih memilih Kota Batu, Surabaya, Bali untuk lokasi rapat. Kalau mereka memilih Banyuwangi, bisa jadi jumlah kamar hotel yang ada saat ini akan kurang. Kalau terbukti kamar hotel di Banyuwangi kurang, izin pendirian hotel baru akan dibuka kembali. Ini untuk memberikan kepastian kepada investor,” pungkasnya. (radar)
0 komentar:
Posting Komentar