ansorgenteng.blogspot.co.id

ansorgenteng.blogspot.co.id

Selasa, 28 Februari 2017

Sinergi Antar Gerakan Dakwah Islam di Dalam Menyongsong Kebangkitan Umat

“Wahai masyarakat arab, tidak ada Islam kecuali dengan jamaah, tidak ada jam’ah kecuali dengan kepemimpinan, tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ketaatan. ” (Umar Bin Khattab RA)
Kalimat Umar bin Khattab di atas menegaskan pentingnya berjamaah, sampai-sampai dikatakan bahwa tidak ada Islam kecuali dengan jamaah. Kalimat selanjutnya adalah tidak ada jamaah kecuali dengan kepemimpinan, yang berarti bahwa dalam suatu jamaah diharuskan adanya seorang pemimpin yang mengorganisir dan mengatur jamaah tersebut. Dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ketaatan. Kalimat terakhir ini menyatakan bahwa dalam suatu jamaah, orang yang dipimpin harus taat akan tetapi dengan catatan taat dalam hal-hal yang tidak melanggar larangan Allah SWT.

Ibnu Taimiyah dalam bukunya Siyasah syar’iyyah menegaskan pentingnya kepemimpinan umat Islam. Kepemimpinan adalah satu diantara kewajiban-kewajiban agama yang terbesar, bahkan agama tidak bisa tegak tanpa adanya kepemimpinan.


Jama’atul Muslimin diartikan sebagai sekumpulan ulama’ (ahlul aqdi wal hilli) yang bersepakat untuk mengangkat seorang pemimpin (khalifah) umat, dan umat pun mengikuti mereka. Jama’atul Muslimin ini memiliki kedudukan yang sangat penting dalam tubuh kaum muslimin. Karena dengan adanya jama’atul muslimin, maka hak-hak kaum muslimin untuk hidup damai dan sejahtera bisa terwujudkan. Salah satu hadits yang menunjukkan tentang pentingnya jama’atul muslimin ini adalah sebagaimana disebutkan oleh Umar bin Khattab dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu, “Umar pernah berkhutbah di hadapan manusia, “Barangsiapa di antara kamu menginginkan kenikmatan surga, maka hendaklah ia senantiasa berkomitmen dengan jamaah. ” (Menuju Jama’atul Muslimin, Hal 41)

Dari Umamah al-Bahil, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda, “Sendi-sendi Islam akan runtuh satu demi satu; setiap kali satu sendi runtuh, akan diikuti oleh sendi berikutnya. Sendi Islam yang pertama kali runtuh adalah pemerintahan, dan yang terakhir adalah shalat” (Ahmad).

Puncak kemunduran politik Islam terjadi ketika runtuhnya Khilafah Turki Utsmani tahun 1924 oleh Musthafa Kamal at-Taturk. Setelah itu, banyak bermunculan gerakan-gerakan Islam dengan semangat memunculkan kembali kejayaan Islam. Gerakan-gerakan ini hanyalah sebagai sarana untuk mencapai kejayaan Islam, untuk mewujudkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Tidak penting gerakan apakah mereka, apa nama kelompok mereka, dan apa baju mereka selama tujuannya tetap sama.

Di Indonesia, ada banyak gerakan dakwah skala nasional. Beberapa diantara nya seperti Muhammmadiyah, Nadhlatul Ulama (NU), dan Persatuan Serikat Islam (Persis). Sedangkan dalam skala Internasional seperti Jamaah Tabligh (JT), Hizbut Tahrir (HT), Salafi, dan Ikhwanul Muslimin (IM). semua gerakan ini memiliki pemimpin masing-masing.

Semua gerakan ini esensi nya adalah sama, yaitu mengembalikan khilafah Islamiyah dan mengembalikan kejayaan Islam. Walaupun dengan cara dan gerak yang berbeda-beda. Ada, yang bergerak lewat dakwah ke pelosok dan masjid-masjid, ada yang berdakwah dengan teriakan tegas khilafah tanpa perlu politik demokrasi, ada yang berpegang bahwa untuk mencapai kekhilafahan bisa melalui system demokrasi dan politik. Gerakan mereka berbeda-beda, tetapi tujuan tetap sama. Bahkan, untuk mencapai Jakarta ada yang naik pesawat, kereta, ataupun mobil.

Lalu, dimanakah letak permasalahan antar gerakan ini? Semua gerakan itu benar selama tetap berada dalam jalur aturan Allah SWT, selama tetap dalam konteks amal ma’ruf nahi mungkar yang memang membutuhkan sistem berjamaah. Yang salah adalah apabila setiap gerakan merasa benar sendiri, dan bahkan malah menjatuhkan gerakan lain yang memang satu tujuan, satu perjuangan. Saling mengkotak- kotakkan, menganggap lawan satu sama lain. Yang satu dianggap ekstrimis, yang satu fanatik, yang lain terlalu toleran, dan sebagainya.

Contohnya dalam kasus kudeta Mursi di Mesir. Ketika itu banyak anggota Ikhwanul Muslimin yang ditangkap dan disiksa, kerusuhan dimana-mana, tetapi gerakan-gerakan lain hanya diam saja dan malah menghakimi, padahal saat itu Ikhwanul Muslimin pun sedang berusaha menegakkan khalifah dengan cara dan tahapan mereka. Ada yang bilang “Itulah mengapa kita tidak boleh berpolitik”. Ada pula yang menganggap bahwa “Apabila politik tidak berpengaruh untuk kebangkitan Islam, kenapa Mursi harus dikudeta? ”

Di Indonesia sendiri, dalam menentukan tanggal dan hari untuk Idul Fitri dan Idul Adha saja masih selalu terdapat perbedaan. Yang satu hari senin yang satu hari selasa. Padahal semua muslim berkiblat yang sama, berpatok yang sama, bertujuan sama, mengapa harus merasa paling benar? Hal seperti inilah yang membuat orang berpikiran bahwa si A adalah Islam Muhammadiyah dan si B adalah Islam NU. Padahal, sebenarnya kedua-dua nya adalah Islam. Islam yang sama-sama berpegang pada ajaran nabi Muhammad SAW dan berpegang pada al-Qur’an dan As-sunnah.

Bagaimana solusi atas permasalahan perpecahan dalam tubuh umat Islam itu sendiri? Ada tiga solusi yang dapat memperbaiki keadaan ini. Kesemua solusi ini bersumber pada satu kata, yaitu akhlak. Karena dakwah terbaik adalah dakwah melalui perbuatan, melalui teladan yang baik.


Pertamaikhlas dan mengesampingkan hawa nafsu maupun ego. Mengapa terjadi perselisihan dan merasa paling benar? Karena memang sudah fitrah manusia mempunyai hawa nafsu yang membuat ingin selalu merasa benar, merasa paling hebat. Maka, kesampingkan lah hawa nafsu dan egoisme dan kembalikan niat dan tujuan kembali kepada Allah SWT. Seringkali perselisihan itu terjadi karena faktor-faktor pribadi dan popularitas, sekalipun dibalut dengan kepentingan Islam atau jamaah dan lain sebagainya yang tidak diketahui bahkan oleh manusia itu sendiri. Maka, jangan sampai tujuan dakwah ini menjadi terkotori karena ditunggangi oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan pribadi.

Kedua, meninggalkan fanatisme terhadap individu, madzhab dan golongan. Seseorang bisa berlaku ikhlas sepenuhnya kepada Allah dan berpihak hanya kepada kebenaran jika ia dapat membebaskan dirinya dari fanatisme terhadap pendapat orang, madzhab, dan golongan.
Dengan kata lain, ia tidak mengikat dirinya kecuali dengan dalil. Jika dilihatnya ada dalil yang menguatkan maka ia segera mengikutinya, sekalipun bertentangan dengan madzhab yang dianutnya atau perkataan seorang Imam yang dikaguminya atau golongan yang diikutinya. Lihatlah pada perkataannya, bukan siapa yang mengatakannya. “Undzur ma qola, wala tandzur man qola”. Sekalipun orang yang mengatakan adalah seorang koruptor ataupun napi, tetapi apabila yang dikatakannya adalah suatu kebenaran maka ikutilah.

Ketiga, dialog dengan cara yang baik. Allah SWT berfirman:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. ”(QS. An-Nahl, 16: 125).
Ayat diatas mengajarkan tentang cara berdakwah, yakni dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Dan apabila terdapat bantah membantah maka bantahlah pula dengan cara yang baik. Dalam berdakwah juga harus memperhatikan objek dakwah nya. Bagaimana sifat si objek dakwah, sudah seberapa jauh kah pemahaman si objek dakwah akan Islam, dan sebagainya. Karena sifat setiap orang berbeda-beda maka cara dakwah nya pun berbeda pua. Misalkan si A tidak bisa tegur di tempat umum, si B harus dengan cara yang halus, si C harus menggunakan logika. Apabila cara berdialog atau penyampaian dakwah tersebut sesuai, maka peluang si objek dakwah menerima juga akan lebih besar.

Umat Kristen memiliki tokoh pemimpin yang diakui oleh dunia, yaitu Paus. Kepemimpinan mereka sudah terpusat, bahkan ada wilayah yang menjadi icon Kristen, yaitu Vatikan. Khilafah Turki Utsmani runtuh di tahun 1924, dan sampai sekarang belum ada tokoh pemimpin Islam yang terpusat dan diakui oleh dunia. Gerakan Islam masih terkotak-kotak, bergerak sendiri meski dengan tujuan yang sama.

Dalam sebuah perjalanan diharuskan untuk menunjuk seorang pemimpin. Apalagi dalam menyongsong kebangkitan umat. Biarlah Allah yang memilih siapakah pemimpin Islam, yang perlu dilakukan sekarang ialah bersinergi antar semua gerakan Islam untuk tujuan yang sama. Berhenti memenangkan ego dan hawa nafsu, hilangkan fanatisme atas mazhab maupun golongan, dan mulai berdialog dengan cara yang baik. Apabila semua gerakan saling bahu membahu, menolong dan bekerja sama maka akan ada jam’ah besar Islam dalam satu kekuatan yang bisa mewujudkan kebangkitan Islam itu sendiri, menolong saudara muslim di Negara lain yang sedang berperang, dan membantu untuk membebaskan nya dari penjajahan.

Disinilah letak pentingnya bersatu, berjamaah, merapatkan shaf. Supaya umat Islam tidak mudah tersulut api adu domba, tidak mudah di cerai beraikan, dapat saling merangkul dan menguatkan. Apabila ada kata lelah dan menyerah dalam berjamaah, hingga merasa ingin keluar, maka akan menjadi selelah dan semenyerah apakah apabila sendirian?



Sumber:
  • Untung Wahono, MSi. (2003). Pemikiran Politik dalam Islam. Jakarta.

Dari Malaysia, Raja Salman Serukan Solidaritas Dunia Islam

Raja Salman bin Abdul Azis Al Saud.
Kuala Lumpur. Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz, mengatakan bahwa berbagai tantangan yang di hadapi dunia Islam saat ini, harus disikapi dengan meningkatkan kerja sama dan solidaritas antara dunia dan masyarakat Islam.

Pernyataan ini diungkapkan Raja Salman di hadapan para mufti dan sejumlah pemuka agama Islam Malaysia di Kuala Lumpur, Selasa (28/02/2017).
“Berbagai tantangan yang dihadapi dunia Islam saat ini, menuntut adanya peningkatan kerja sama dan solidaritas di antara negara dan masyarakat Islam,” ungkap Raja Salman, sebagaimana dilansir dari kantor berita Saudi “SPA”.

Lebih lanjut, Raja Salman mengatakan, “Yang dihadapi Islam pada saat ini adalah upaya-upaya untuk melemahkan moderasi dan toleransi Islam.”

Raja Salman juga mengingatkan pentingnya memahami hakikat dari ajaran Islam. Katanya, “Memahami hakikat ajaran Islam dapat menghadirkan toleransi dan moderasi, serta dapat memerangi segala bentuk ekstrimisme dan terorisme.”

“Kerajaan Arab Saudi senantiasa memberikan segala daya dan upaya untuk melayani Islam. Serta akan senantiasa menjalin komunikasi dengan Umat Islam di seluruh dunia,” pungkas Raja Salman. (whc/aa.tr/dakwatuna)

Kunjungi Taiwan, Fatayat NU Apresiasi Peran Publik Perempuan Taiwan

Jakarta, 
Ketua Umum Fatayat NU Anggia Ermarini melakukan lawatan ke Taiwan pada 25-27 Februari lalu. Ia dan rombongannya bertemu dengan para perempuan aktivis Partai Demokratik Progressive. Dalam pertemuan tersebut mereka mendiskusikan perempuan dalam pergerakan politik, serta berbagai hal terkait dengan kebijakan pemerintah dan perempuan serta anak.

Di Taiwan, partai politik harus mengikutsertakan sebanyak 50 persen perempuan sebagai kandidat dalam pemilu. Saat ini 50 persen anggota parlemen terdiri dari perempuan.

“Bagi Fatayat, hal ini dinilai sangat menarik, karena dalam jangka 20 tahun, kemajuan perempuan di Taiwan sangat pesat,” kata Anggia dalam rilis yang diterima NU Online, Senin (27/2).

Pada pertemuan yang juga dihadiri Rais Syuriyah PCINU Taiwan Agus Susanto, partai yang saat ini mendominasi di pusat kekuasaan tersebut berjanji akan membantu legalitas PCINU Taiwan.

Rombongan ini juga mengadakan pertemuan dengan Global Worker Organization. Organisasi ini memberikan pendidikan keterampilan dan pendampingan terhadap TKI di Taiwan, terutama keterampilan yang bisa digunakan ketika mereka kembali ke tanah air.

Selesai mengikuti pelatihan keterampilan, peserta mendapatkan sertifikat. Sertifikat itu, selain bisa digunakan di tanah air, bisa juga digunakan di Taiwan sendiri. Dengan demikian, gaji mereka bertambah dan bersaing dengan pekerja terampil yang lain.
Talkshow di Radio Taiwan Internasional (RTI) menjadi salah satu agenda berikutnya. Dalam talkshow dikenalkan bagaimana Fatayat berkiprah di Indonesia dan Taiwan.

Salah satu hasil pembicaraan Ketua Umum Fatayat bersama RTI adalah Fatayat serta NU secara keseluruhan sangat diharapkan mengisi ceramah untuk mengenalkan dan memperdalam ajaran Islam Ahlisunah wal jamaah dan Islam Nusantara.

“Pengenalan tersebut sangatlah penting mengingat banyak kejadian para TKI menjadi sasaran pergerakan radikalisme dan terorisme,” jelas Anggia. (Kendi Setiawan/Alhafiz K/NU Online)

Dibuka Seleksi Beasiswa Cahaya Pintar NU Care, Ini Persyaratannya

Jakarta,
Sebagai wujud komitmen kepedulian pada bidang pendidikan, tahun 2017 ini NU Care-LAZISNU menggulirkan program “Beasiswa Cahaya Pintar NU CARE Scholarship 2017”. Beasiswa ini menyasar mahasiswa Diploma III, Diploma IV, Strata 1, dan Strata 2. 

“Kuota calon penerima beasiswa sebanyak 50 mahasiswa yang tersebar di perguruan tinggi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Kami berharap program ini akan berjalan pada tahun-tahun berikutnya dan menyasar lebih banyak lagi mahasiswa,” tegas Direktur NU Care, Samsul Huda saat dihubungi NU Online di Jakarta, Rabu (22/2). 

Ia melanjutkan sasaran program ini adalah mahasiswa yang sedang dan/atau pernah menempuh pendidikan di pondok pesantren; serta mahasiswa berprestasi pada bidang intra dan/atau ekstra kurikuler namun memiliki keterbatasan ekonomi.

Untuk memperoleh Beasiswa Cahaya Pintar NU Care 2017 ini, calon penerima harus memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus.

Persyaratan Umum Beasiswa NU Care 2016 diberikan kepada mahasiswa:

1. Jenjang S1/Diploma IV serendah-rendahnya pada semester I dan setinggi-tingginya pada semester VII. 
2. Jenjang Diploma III, serendah-rendahnya pada semester I dan setinggi-tingginya pada semester V.
3. Jenjang Strata II, serendah-rendahnya pada semester I dan setinggi-tingginya pada semester III.
4. Memiliki Indeks Prestasi Komulatif (IPK) minimal 3,00 dari skala 4,00.
5. Membuat esai dengan tema “Mimpiku Untuk Nahdlatul Ulama dan Indonesia” sekurang-kurangnya 5.000 karakter.

Mahasiswa yang memenuhi persyaratan di atas, harus mengajukan permohonan tertulis kepada NU Care dengan melampirkan berkas sebagai berikut:

1. Fotokopi Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) dan Kartu Rencana Studi (KRS) atau yang sejenis sebagai bukti mahasiswa aktif;

2. Melampirkan profil singkat calon penerima yang sedikitnya memuat nama, tempat tanggal lahir, alamat, nomor kontak, riwayat pendidikan (dari SD sampai terakhir), riwayat pendidikan pesantren, daftar Prestasi; 

3. Melampirka surat pernyataan tidak sedang menerima beasiswa/bantuan biaya pendidikan lain (bermaterai 6000); Surat Rekomendasi dari pimpinan Fakultas/Jurusan; Fotokopi kartu keluarga; Foto diri ukuran 4x6 terbaru.

Adapun persyaratan khusus bagi mahasiswa berprestasi, melampirkan fotokopi piagam atau bukti prestasi lainnya (ko-kurikuler dan/atau ekstra kurikuler) pada tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, Nasional maupun Internasional.

Bagi mahasiswa yang tidak mampu wajib melampirkan surat Keterangan Tidak Mampu dari pemerintah desa/kelurahan. Mahasiswa harus lulus ujian Baca Tulis al Qur’an dan Praktek Pengamalan Ibadah (BTA-PPI). Khusus untuk calon penerima yang hafal Al Quran, wajib melampirkan syahadah dari Pondok Pesantren masing-masing.

Seluruh berkas pengajuan dikirimkan kepada NU Care–LAZISNU melalui email: rekrutmen.nucare@gmail.com dengan Subjek: “Beasiswa Cahaya Pintar NU Care 2017” paling lambat tanggal 6 Maret 2017. Berkas juga dapat dikirim melalui pos paling lambat tanggal 3 Maret 2017 Cap Pos yang ditujukan kepada: Panitia Seleksi Beasiswa Cahaya Pintar NU Care 2017 di Kantor NU Care–LAZISNU, Gedung PBNU Lt. 2 Jl. Kramat Raya No. 164 Jakarta Pusat 10430.

Seleksi administrasi dilakukan pada 7-9 Maret 2017. Pengumuman Lulus Administrasi 10 Maret 2017, Tes BTA-PPI dan TPA 13 Maret 2017, dan Wawancara pada 14 Maret 2017. Untuk seluruh tahapan seleksi, NU Care-LAZISNU tidak memungut biaya apa pun. (Kendi Setiawan/Fathoni NU Online/) 

Senin, 27 Februari 2017

PCNU Banyuwangi Gandeng Pemkab Adakan Pelatihan Administrasi

Banyuwangi,– Untuk memperkuat kerja organisasi, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Banyuwangi melaksanakan pelatihan manajemen administrasi di Aula PCNU Banyuwangi, Sabtu (25/2). Tak hanya pengurus PCNU saja yang mengikuti, semua pengurus lembaga, badan otonom dan  MWC NU se-Banyuwangi juga ikut hadir.
Dalam sambutannya, Ketua PCNU Banyuwangi KH. Masykur Ali mengharapkan pelatihan tersebut bisa menunjang kepengurusan dalam berkhidmat. “Kalau roda organisasi ini bisa jalan, maka fungsi NU untuk berkhidmat kepada umat ini akan benar-benar terlaksana,” pesannya.
Pada tahun 2017 ini, PCNU Banyuwangi memfokuskan untuk melakukan pemberdayaan umat yang berbasis lembaga, banom dan MWC. Untuk bisa melaksanakan program tersebut, perlu kesiapan para pelaksana program terlebih dahulu. “Jangan sampai karena administratifnya tidak dipahami, nantinya program malah tidak bisa berjalan dengan baik,” pesan Kiai Masykur.
Lebih lanjut, ketua pelaksana Fandi Ahmad menyebutkan, pelatihan tersebut meliputi tata cara penyusunan program dan teknis pelaporannya. “Agar program pemberdayaan bisa terukur, maka perlu adanya sistem perencanaan dan pelaporan yang terukur pula,” jelasnya.
Pelatihan itu sendiri yang dihelat sehari penuh tersebut, berjalan dengan lancar. Peserta antusias untuk menyiapkan program pemberdayaan umat sesuai dengan potensi masing-masing. Kholili, MWC NU Wongsorejo, mengharap dari kegiatan ini dapat memberikan manfaat lebih kepada jam’iyah dan jama’ah. “Kita merencanakan beberapa usaha yang telah sesuai dengan potensi pertanian di Wongsorejo yang selama ini, banyak digeluti oleh warga nahdliyin,” harapnya. (M. Sholeh/ NUOB )

Sabtu, 25 Februari 2017

Ini Pesan Rais ‘Aam PBNU Saat Lantik Pimpinan Pusat Pergunu

Rais Aam PBNU di tengah Pengurus PP Pergunu selepas pelantikan
Lombok Tengah,
Rais ‘Aam PBNU KH Ma’ruf Amin melantik pengurus Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) di Pondok Pesantren NU Al-Mansuriyah Ta’limushibyan Bonder, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat pada Sabtu (25/2) siang. 

Pada kesempatan tersebut, Rais ‘Aam mendukung penuh apa yang akan dilakukan Ketua Umum Pergunu KH Asep Saifuddin Chalim, pada periode kedua kepemimpinannya, yang akan mengubah paradigma pendidikan Indonesia menjadi lebih baik dan bertanggung jawab, pendidikan yang menciptakan peserta didik kreatif dan berdaya saing tinggi. 

Rais ‘Aam menyarankan Pergunu untuk meningkatkan kualitas guru dan kurikulum di lingkungan Nahdlatul Ulama. Ia juga menyarankan untuk menularkan teladan pengelolaan pendidikan yang baik seperti yang dilakukkan Kiai Asep Saifuddin Chalim di Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto.   

Karena, lanjut Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Pusat tersebut, guru sangat berperan dalam pembentukan generasi muda Indonesia. “Apakah akan menjadi generasi medsos “hoax”,” katanya, itu terkait dengan peran guru. 

Guru juga, katanya, berperan dalam menagkal generasi yang sudah banyak dipengaruhi narkoba. “Sekarang darurat narkoba. Bahaya global!” tegasnya pada kegiatan yang akan dirangkai dengan Rapat Kerja Nasional Pergunu tersebut. 

Ia mengingatkan juga agar guru menjaga muridnya tidak menjadi Islam yang tekstual juga tidak menjadi liberal. Karena, hal itu, bukan kepribadian Nahdlatul Ulama. 

Hadir pada kesempatan tersebut, Mustasyar PBNU TGH. Lalu Turmudzi Badaruddin, Ketua PWNU NTB TGH. Ahmad Taqiuddin Mansur, beberapa pejabat pemerintahan di NTB seperti Kapolda, Bupati, Wali Kota, dan ribuan Nahdliyin. (Abdullah Alawi / NU Online )

(HARLAH IPNU) Usia 63 Tahun, IPNU Wajib Teladani Perjuangan Pendiri dan Muassis

Banyuwangi,– Gelaran harlah IPNU yang ke-63 patut dirayakan oleh setiap tingkatan organisasi keterpelajaran Nahdlatul Ulama. Salah satu diantaranya, saat ini kita  merayakannya dengan selametan nasi tumpeng bersama seluruh pengurus PAC IPNU se-Kabupaten Banyuwangi yang hadir malam ini.
Hal itu disampaikan oleh ketua Pimpinan Cabang IPNU Banyuwangi M. Yahya Muzakki saat jumpa pers NU Online, di Aula Tolchah Mansoer, Jl. Imam Bahri Prum Bukit Asri No. 1, Genteng Wetan, Genteng, Banyuwangi. Kamis (24/2) malam.
Karena selametan ini, kata dia, merupakan suatu bentuk acara syukuran atas limpahan nikmat yang telah dikaruniakan dari Allah SWT. Khususnya di organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama.
“Juga dengan moment ini patut kita review kembali kegigihan sepak terjang yang telah dicontohkan oleh beberapa muassis IPNU untuk diteladani bersama. Sebagai spirit dan vitamin bagi kita. Salah satunya Kiai Tolchah Mansoer,” ungkap Yahya.
Sosok figur professor kelahiran 10 September 1930 ini merupakan panutan yang ideal, lanjut dia, selain beliau seorang professor ahli bidang hukum ketatanegaraan, juga beliau seorang ulama yang ahli dalam bidang agama. Karena selain Kiai Tolchah mengenyam pendidikan di Universitas Gadjah Mada, juga beliau seorang santri di beberapa pesantren. Salah satu diantaranya pesantren Tebuireng Jombang.
“Kegigihan Kiai Tolchah mengisi berbagai pengajian di setiap pelosok desa dengan kendaraan seadanya kala itu. Serta mengikuti berbagai organisasi kepemudaan. Hingga menjadi memprakarsai pendirian IPNU. Sebuah goresan tinta perjuangan dan kepedulian terhadap ummat yang patut kita teladani,” imbuh Yahya.
Yahya menegaskan, kader-kader yang seperti Kiai Tolchah inilah yang masih belum kita punya sejauh ini. “Sosok kader ideal atas pemahaman ilmu pengetahuan umum dan agama yang berbasis kepesantrenan,” tegas Yahya.
“Karena itu, tetap kita harus optimis untuk terus belajar, berjuang, dan bertaqwa. Meski masih banyak bidang garapan yang masih belum kita selesaikan. Mari kita mulai berbenah menjadi lebih baik di tahun yang ke-63 dan selanjutnya. Untuk agama dan bangsa,” tutup Yahya.
Setelah persiapan beberapa tumpeng, dilanjutkan dengan pembacaan doa yang dipandu oleh cucu (alm) KH. Mukhtar Syafaat, Gus Khotibul Umam Syafaat. Barulah acara inti santap nasi tumpeng bersama para pelajar Nahdlatul Ulama Kabupaten Banyuwangi. (M. Sholeh/NUOB)

Jumat, 24 Februari 2017

Mohon Diangkat PNS, Ribuan Honorer Istighotsah

BANYUWANGI – Ribuan pegawai honorer kategori 2 (K2) menggelar istighotsah akbar di aula kampus Universitas PGRI Banyuwangi (Uniba) kemarin (23/2). Istighotsah dan doa bersama itu dilakukan untuk memohon kepada Allah SWT agar  seluruh honorer K2 se-Banyuwangi segera diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS).


Para honorer K2 asal seantero kabupaten berjuluk The Sunrise of Java itu datang berbondong-bondong ke kampus Uniba di Kertosari mulai pukul 06.30. Sekitar pukul 09.30 istighotsah dimulai. Pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi, sekitar dua ribu orang yang didominasi guru honorer itu tampak khusyuk membaca ayat-ayat suci dan memohon kepada Allah. Bahkan, beberapa di antaranya menitikkan air mata.


Koordinator aksi, Imam Rusdi, mengatakan istighotsah tersebut merupakan salah satu upaya agar seluruh honorer di Banyuwangi segara diangkat menjadi PNS. “Kami berjuang dengan  cara santun dan bermunajat kepada Allah SWT,” ujar honorer  SDN 1 Macan Putih, Kecamatan  Kabat, tersebut.


Dikatakan, setelah rekrutmen calon pegawai negeri sipil  (CPNS) beberapa waktu lalu, saat ini di Bumi Blambangan masih tersisa sekitar 1.900 honorer. “Maka dari itu, kami berdoa agar semua K2 secepatnya diangkat menjadi PNS,” kata dia.


Guru honorer K2 lain, Arif  Kurniawan, mengaku dirinya  sudah mengabdi sebagai guru  honorer di SDN 3 Bomo, Kecamatan Blimbingsari, sejak 12 tahun lalu. “Tetapi, sampai saat  ini belum ada kejelasan kapan kami diangkat sebagai PNS,” tuturnya.


Dikatakan, selain memohon  kepada Allah, istighotsah kemarin juga dilakukan sebagai bentuk support kepada 35 honorer K2 asal Banyuwangi yang  berangkat ke Jakarta. Sebanyak 35 honorer asal Bumi Blambangan itu bergabung dengan para honorer seluruh tanah air yang menggelar demonstrasi di kantor Komisi Aparatur Sipil Negara  (KASN) untuk menuntut agar para  honorer K2 segara diangkat menjadi CPNS.


Sementara itu, anggota DPRD Banyuwangi, Muhammad Ali Mahrus, yang hadir dalam istighotsah tersebut mengatakan  dirinya menyambut baik langkah  para honorer tersebut. “Ini  kegiatan yang baik dan efektif. Di saat para honorer K2 se-Indonesia berbondong-bondong  ke Jakarta, Banyuwangi hanya mengutus 35 anggota. Sisanya mendoakan perjuangan teman-temannya. Kami sangat mengapresiasi,” cetus politikus muda Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)  tersebut.


Hal senada juga dikatakan Ketua PGRI Banyuwangi, Teguh Sumarno. Menurut Teguh, saat ini  ada dua hal yang dituntut PGRI.  Pertama, mendesak pemerintah membuat payung hukum bagi pengangkatan honorer K2 menjadi PNS. Kedua, mendorong  seluruh kepala daerah mengangkat guru honorer K2 menjadi pegawai daerah dengan gaji layak dan masuk APBD.


Pemerintah pusat harus memiliki aturan yang jelas terkait penetapan K2 menjadi PNS. Pasalnya, selama ini  belum ada aturan yang jelas terkait penetapan K2 menjadi  calon pegawai negeri sipil (CPNS).  “Tapi sekali lagi perjuangan PGRI  tidak bisa berjalan baik bila honorer K2 tidak kompak lagi, tercerai-berai. Saya hanya minta  satukan visi-misi honorer K2,” katanya. (radar)

Tujuh Pesawat Raja Salman Mendarat, Penerbangan Domestik Akan Alami Delay 45 Menit

Raja Arab, Salman Abdul Aziz Al Saud berencana berkunjung ke Indonesia pada 1-9 Maret 2017. Kedatangan raja menarik perhatian warga Indonesia, karena ia membawa rombongan dalam jumlah sangat besar.

Sebanyak 1.500 orang, termasuk 25 Pangeran, dan 10 Menteri akan bergabung dalam rombongan raja. Rombongan tersebut akan terbagi dalam tujuh pesawat berjenis Boeing 747-400, B747 Freighter, B777, B757, Dan B737-500.

Dengan kedatangan tamu negara tersebut, pihak Bandara Halim Perdanakusuma memastikanpenerbangan domestik akan mengalami keterlambatan selama 45 menit.

Manajer Operasi dan Layanan Bandara Halim Perdana Kusumah, Ibut Bastono mengatakan akan ada 'no time notice' (tidak adanya lalu lintas penerbangan) di Bandara Halim selama rombongan Raja Salman tiba. Hal tersebut hanya berlaku selama 45 menit saja.

"Tetap ada perubahan regular, karena untuk kedatangan tamu negara ada no time notice to airman expected delay untuk memberikan kesempatan kepada tamu negara," kata Ibut di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis 23 Februari 2017.

Ibut menjelaskan, waktu 45 menit digunakan untuk 30 sebelum landing dan 15 menit setelah landing.  "Pesawat rombongan datang bertahap, mereka biasanya ground time," ujarnya.

Menurut Ibut, pihaknya telah memberitahukan adanya no time notice kepada para pengelola maskapai untuk dilanjutkan kepada para penumpang. Selain itu, pihak bandara juga akan melakukan sterilisasi empat jam sebelum Raja Salman tiba di bandara.

Kamis, 23 Februari 2017

Ketua LTN PBNU : NU Harus Cerdas Sikapi Tantangan Dakwah di Era Digital


 Banyuwangi, Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) PBNU Hari Usmayadi mengatakan, sekitar 88,1 juta dari total penduduk dunia menggunakan browsing internet dalam waktu 4,1 jam. Selebihnya digunakan untuk bermedia sosial.
Ia mengatakan hal itu saat menyampaikan materi di “Kongkow Netizen NU” di aula tingkat II kantor PCNU Banyuwangi, Ahad (19/2).
Pria yang akrab disapa Cak Usma tersebut, sebelum berbicara lebih dalam tentang penggunaan sosial media, ia mengupas tentang permasalahan organisasi NU.
“Permasalahan NU saat ini terkesan masih gagap menyikapi tantangan perkembangan dakwah di era digital terkini dan peningkatan masyarakat kelas menengah,” tuturnya di hadapan ratusan peserta kongkow yang terdiri dari mahasiswa, anggota IPNU dan IPPNU, PMII, banom & lembaga PCNU Banyuwangi, serta netizen yang tergabung di banyuwangi.
Sehingga, menurutnya, saluran dan muatan informasi syiar dakwah tidak terkoordinir dengan baik dari struktural pusat sampai cabang.
“Inilah permasalahan yang saat ini perlu dan harus kita selesaikan bersama. Untuk penyelesaian ini perlu adanya koneksi mulai tingkat pusat sampai ranting,” kata Cak Usma.
Setidaknya, kata dia, NU harus memetakan secara spesifik analisis strength, weakness, opportunity, threat (SWOT). Setelah hal itu, barulah membuat strategi gebrakan-gebrakan yang berarti dalam penyelesaian masalah yang telah kita petakan,” pungkas Usma.
Sementara itu, Wakil Ketua LTN PWNU Jatim Sururi Arumbani memberikan dua racikan solusi yang harus digerakaan di semua media. Termasuk NU Online Banyuwangi.
“Pertama yang harus dilakukan adalah peningkatan kuantitas maupun kualitas wartawan media dalam setiap periode,” tutur Ruri.
Karena kualitas dan kuantitas wartawan, lanjut dia, merupakan satu-satunya mesin penggerak media sampai mencapai kejayaannya. Wartawan disini pun harus menulis dan mencari berita media secara terus-menerus. “Jangan setengah-setengah !” tegas Ruri.
Tak kalah penting, menurutnya, yaitu keberlangsungan produksi narasi juga harus ditingkatkan. Artinya produksi tulisan tidak hanya terbatas hanya berita-berita. Juga penting diisi dengan profil kiai, nasehat, dan fatwa-fatwanya.
“Dengan sebuah gebrakan, misalnya, wartawan sering-sering mendatangi kediaman sesepuh dan kiai. Selain disana untuk meminta nasehat juga bisa meminta fatwa terhadap suatu permasalahan. Karena tugas seorang kiai sangat padat sekali dalam masalah keummatan dan pengajian. Dalam hal ini wartawan harus jemput bola agar produksi tulisan tidak berhenti dan monoton,” pungkas pengurus Jatim asal Rembang.
Kongkow yang dihelat NU Online Banyuwangi ini dihadiri Katib Syuriah PCNU Jember Harisudin. (M. Sholeh Kuniawan/NUOB)

Polri Tegaskan Masuk Sekolah Kepolisian Gratis

Jakarta - Polri kembali membuka rekruitmen dan seleksi untuk anggota polisi di seluruh daerah. Pendaftaran telah dibuka untuk tahun penerimaan 2017.
Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia (AS SDM), Irjen Arief Sulistyanto memastikan bahwa Polri tidak akan memungut biaya sepeserpun bagi masyarakat yang berminat menjadi anggota polisi. Hal ini disampaikan Arief ketika menggelar video conference dengan jajaran Kepala Biro SMD seluruh Polda tentang Rekruetman Personel Polri di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (21/2/2017).

"Saya berharap hilangkan rumor dan isu kalau selama ini masuk polisi bayar," kata Arief di Gedung Utama Mabes Polri, Jakarta, Selasa (21/2/2017).

Dalam video conference ini, Arief menekankan kepada seluruh Karo SDM Polda agar menjalankan proses rekruitmen dengan baik. Termasuk menghilangkan praktik korupsi, kolusi, konspirasi dan nepotisme dalam perekrutan calon anggota Polri.

"Selama proses seleksi dan rekrutmen ini, agar dilakukan dengan sungguh-sungguh. Target menemukan anggota Polri yang berkualitas," ucap Arief.
Arief mengaku pihaknya tak ingin kecolongan pada saat rekruitmen dan seleksi untuk calon anggota Polri. Sehingga tidak terjadi lagi anggota polri yang melakukan tindak pidana.
"Sudah banyak kejadian-kejadian yang berakibat kesalahan yang terjadi pada saat salah seleksi dan rekruitmen. Ada anggota yang melakukan mutilasi terhadap anaknya. Ternyata dia belum ada tes kesehatan jiwa," terang Arief.

Dalam kesempatan itu, Arief bersama dengan jajaran Polda di seluruh Indonesia membacakan sumpah panitia seleksi anggota Polri. Arief berharap dengan adanya komitmen ini, proses rekruitmen dan seleksi calon anggota Polri dapat berjalan dengan semestinya.
"Kita harus bisa menjaring dan memilih calon-calon polisi berkualitas. Tidak terjadi penyimpangan baik dalam pemeriksaan kesehatan, tes jasmani dan tes-tes lainnya," tambah Arief.

Untuk Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana, Polri telah membuka pendaftaran pada  25 Januari sampai dengan 28 Februari. Kemudian untuk Akademi Kepolisian, Bintara, Bintara Polri khusus penyidik, dan Tamtama baru akan dibuka pada April 2017 mendatang. Pada tahun ini, Polri menerima 10.500 bintara, 300 akademi kepolisian (Akpol), dan 200 tamtama(Liputan6).

PC GP Ansor NU,⁩ LPPM IAIDA Blokagung, MWCNU Pesanggaran dan MWCNU Siliragung Bantu Korban Banjir

H. Syukron Makmun Hidayat
didampingi pengurus PC GP Ansor NU
 memberikan paket sembako
SILIRAGUNG – Banjir yang melanda tujuh kecamatan di wilayah Banyuwangi Selatan yaitu Kecamatan Pesanggaran, Siliragung, Bangorejo, Gambiran, Cluring, Purwoharjo, dan Tegaldlimo beberapa hari lalu membuat keluarga besar NU di Kabupaten Banyuwangi bersama semua pihak bahu-membahu dalam meringankan beban korban banjir yang melanda dua kecamatan tersebut. Dari ketujuh kecamatan itu, daerah yang paling parah Kecamatan Pesanggaran, Siliragung, dan Bangorejo. Banjir yang mulai terjadi sejak petang hari itu, merendam ratusan rumah milik warga. Sejumlah rumah milik warga rusak berat, jalan ambrol, jembatan rusak, tiang listrik ambruk, dua sapi mati, dan satu sapi lainnya hilang.

Tercatat PC GP Ansor NU Banyuwangi secara sukarela bersama korban banjir bergotong royong membersihkan sisa-sisa banjir yang melanda beberapa rumah warga. Sejak kejadian hingga sore hari kemarin (18/2) PC GP Ansor NU Banyuwangi menegerahkan 40 orang anggota Bagana yang disiagakan, dimana 20 orang diperbantukan di Keacamatan Pesanggaran dan 20 orang sisanya ditugaskan untuk membantu pemulihan banjir di Kecamatan Siliragung.  “Sumbangsih PC GP Ansor NU Banyuwangi ini adalah ikhtiar kami untuk sedikit meringankan beban korban banjir di Kecamatan Pesanggaran dan Siliragung” Ujar H. Syukron Makmun Hidayat Ketua PC GP Ansor NU Banyuwangi. Selain bantuan berupa tenaga, PC GP Ansor NU Banyuwangi secara langsung juga memberikan bantuan berupa paket sembako kepada beberapa korban banjir.Sementara itu LPPM IAIDA Blokagung juga turun langsung ke lokasi bencana dengan membawa beberapa paket sembako.


LPPM IAIDA Bergerak cepat
 menyalurkan bantuan kepada korban banjir
 Lembaga dibawah IAIDA Blokagung asuhan KH. A. Hisyam Syafaat itu sempat terkendala transportasi untuk mencapai lokasi bencana sehingga bantuan harus disalurkan dengan cara berjalan kaki dengan dibantu MWC setempat. “Bantuan berupa paket sembako terpaksa kita antar dengan berjalan kaki ke lokasi bencana, namun alhamdulillah berkat bantuan alumni PKPNU dari MWCNU Pesanggaran dan MWCNU Siliragung bantuan bisa tersalurkan dengan baik” Urai H. M. Khozin Haris Ketua LPPM IAIDA Blokagung yang juga Wakil Ketua PCNU Banyuwangi.

Selain dari PC GP Ansor NU Banyuwangi, tercatat ada LPPM IAIDA Blokagung, MWCNU Pesanggaran, dan MWCNU Siliragung yang secara spontanitas membantu korban banjir. (Fandi Ahmad/banyuwangi.nu.or.id)

Saksi Ahli PBNU: Ahok Menistakan Agama Islam dan Menyesatkan Umat Islam

JAKARTA - Sidang kasus penodaan agama Islam dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kembali digelar, Selasa (21/2/2017), di Gedung Kementrian Pertanian Jakarta Selatan.

Pada sidang kesebelas ini hadir sebagai saksi ahli Wakil Rois Aam PBNU, KH. Miftahul Akhyar.

Ahli agama dari PBNU ini menegaskan terdakwa Basuki Purnama terbukti menistakan agama dengan menyebut kata "dibohongi pakai Al-Maidah ayat 51".

"Dalam bagian itu sudah masuk penistaan agama karena menganggap Surat Al-Maidah ayat 51 itu seakan-akan membohongi," kata Kyai Akhyar, dalam lanjutan sidang penistaan agama, dengan terdakwa Purnama, di auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (21/2/2017).

Kyai Akhyar juga menyatakan selain menistakan Al-Quran, terdakwa juga telah menistakan ulama.

"Kata-kata ‘pakai’ itu menurut pemahaman kami, pasti ada yang memakai. Yang memakai siapa kalau tidak para ulama? Ada penistaan ulama juga,” katanya.

Bahkan, ahli agama dari PBNU ini juga menyebut Ahok telah melakukan penyesatan terhadap umat Islam. Yaitu dalam kata ‘jangan percaya’.

["Jadi jangan percayasama orang, kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu nggak pilih saya (Ahok), ya kan!. Dibohongin pake surat Al Maidah ayat 51, macem-macem itu.."]

Menurut Kyai Akhyar perkataan Ahok tersebut mengajak orang yang percaya pada ayat agar tidak percaya.

“Dalam hal ini juga indikasi, penyesatan umat. Apalagi kata kata jangan percaya. Artinya orang yang sudah percaya, diajak tidak bercaya. Semula beriman, diajak tidak beriman,” ungkapnya.

Terakhir, ia kembali menegaskan kepada para hadirin letak penistaan agama Islam oleh Ahok. Yaitu pada kata ‘jangan percaya’ kemudian disambung dengan ‘dibohongi’.

“Karena disitu ada kata-kata ‘jangan percaya’ disambung dengan ‘dibohongi pakai ayat’. Sedangkan penyampainya tidak punya kompeten,” tegasnya.

Kyai Akhyar menegaskan bahwa Ahok telah ‘loncat pagar’. Artinya, ia telah memasuki ranah yang bukan kompetensinya, yaitu menyinggung surat Al-Maidah 51 di Pulau Seribu.

“Karena bukan ahlinya, loncat pagar. Satu, karena bukan ahlinya, bukan Islam. Ada pemahaman untuk menafyikan (menghilangkan) pemahaman yang sudah ada,” katanya.

Loncat pagar ini pertama karena dia (Ahok) bukan ahlinya, loncat pagar yang kedua karena disaat menyampaikan soal budidaya, menyebut itu.

“Lalu di saat ini ceramah soal budidaya, tiba tiba di tengah, menyebut kata seperti itu (Al-Maidah 51 -red),” sambungnya.

Berikut video liputan sidang dengan Saksi Ahli Wakil Rois Aam PBNU, KH. Miftahul Akhyar:


Selasa, 21 Februari 2017

Transformasi nilai Ahlussunnah Wal Jama’ah

Oleh: Abdul Kholiq Syafa’at*
Ahlussunnah wal jama’ah yang kemudian disingkat Aswaja adalah ajaran murni yang diajarkan dan diamalkan oleh Rasullullah SAW bersama para sahabatnya. Sebagian orang mendefinisikan, Aswaja ini adalah Manhaj al-fikr, atau metode berpikir yang mencakup segala aspek dan dimensi kehidupan dengan dasar at-Tawassut, al-I’tidal, at-Tawazun dan at-Tasamuh.
Dalam sebuah hadist disebutkan, Rasulullah SAW mengatakan umatku akan tergolong-golong menjadi 73 golongan. Dari jumlah golongan itu yang selamat adalah Ahlussunnah Wal Jamaah. Kemudian Rasulullah ditanya sahabat, siapa Ahlussunnah wal Jamaah itu ya Rasulullah? Dan Rasulullah menjawab, “Maa ana ‘alaihi wa ash-haabii”, yang terjemahan harfiahnya “ apa yang aku berada di atasnya bersama sahabatku”
Aswaja timbul tidak hanya  karena konflik masalah theologi, dengan munculnya beberapa aliran yang berkembang seperti Syi’ah, Khawarij,  Mu’tazilah, dan lain sebagainya. Akan tetapi,  juga karena memang mulai  menjauhnya umat dari ajaran yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW dan para para sahabatnya. Dan Aswaja ini, mengajak umat untuk kembali kepada ajaran Rasulullah dan para sahabatnya.
Aswaja tidak boleh diartikan  sempit yang hanya difokuskan dalam satu bidang seperti theologi dengan menganut Abu Hasan al-Asyari yang dikenal dengan aliran al-Asyariyah, dan Abu Mansur al- Maturidi yang dikenal dengan aliran al-Maturidiyah. Aswaja adalah ajaran Islam yang murni yang sesuai dengan ajaran-ajaran Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Dan karakter yang diajarkanya, merupakan karakter dari agama Islam sendiri.
Ada tiga pilar yang menjadi karakter ajaran agama Islam yang diajarkan dalam al-Qur’an, at-Tawassut yang berarti pertengahan, yg berasal dari firman Allah SWT. QS. al-Baqarah: 143; al-I’tidal yang berarti tegak lurus, tidak condong ke kanan-kananan juga tidak ke kiri-kirian, diambil dari QS. al-Maidah:9; at-Tawazun berarti keseimbangan. Tiga pilar tadi merupakan pijakan untuk bersikap secara moderat dalam seluruh aspek kehidupan, baik aspek politik, sosial, agama, dan budaya.
Berpikir dan bertindak dengan tiga prinsip dasar tadi, akan membuahkan sikap moderat, tentu bukan berarti harus menjustifikasi dan mengkompromi, serta membenarkan segala hal. Juga bukan berarti menolak serta mengucilkan diri dari segala macam problimatika. Tapi, itu diartikan sebagai kebaikan dalam segala hal dari dimensi kehidupan yang berada diantara dua ujung tatharruf (ekstrimisme).
Transformasi Nilai Aswaja
Problematika terkait dengan epistimologi Aswaja, dan salah satu reaksi atas timbulnya faham Aswaja seperti perdebatan masalah theologi antara Syi’ah, Khawarij, Mu’tazilah, dan diikuti munculnya aliran al-Asyariyah dan al-maturidiyah, tidak harus menjadi halangan untuk mentransformasikan nilai-nilai Aswaja dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas. Justru yang lebih penting dalam kontek kekinian, bagaimana seharusnya nilai-nilai Aswaja bisa ditransformasikan secara lebih luas yang meliputi bidang ilmu pengetahuan,  teknologi, ekonomi, hubungan sosial indifidu, dan masyarakat.
Juga dalam masalah keagamaan seperti dalam bidang Aqidah berupa keseimbangan mengaplikasikan dalil aqli (rasional ) dan dalil naqli (al-Qur’an dan al-Hadist). Bidang syariah seperti dalam  dalil dhonni masih adanya ruang perbedaan pendapat, terutama bidang khuluqiyyah seperti sifat dermawan adalah berada di antara sifat bahil dan boros.
Bagamana kita bisa menggeser perdebatan spikulatif ke perdebatan yang aplikatif, yang banyak ditunggu oleh kaum nahdiyin. Hal ini penting di lakukan, mengingat saat ini kaum nahdiyyin banyak berposisi menjadi maf’ul (obyek) dari pada menjadi fa’il (sobyek), baik dalam bidang keagamaan maupun bidang-bidang yang lain. Diskusi tentang Aswaja harus terus dilakukan, tapi harus bertujuan untuk mempelajari secara mendalam dan luas makna sebenarnya Aswaja, tidak justru diskusi yang digelar malah menjauhkan dari pemahaman umat yang pada gilirannya menjadikan umat semakin bingung.
Banyak masalah yang mendesak dan harus dipotret dengan Aswaja,  sehingga nanti tidak menjadi kegamangan di masyarakat, karena masalah-masalah tersebut bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga masyarakat, terlebih masalah ini berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat, seperti masalah Ahmadiyah. Bagi kaunm nahdiyyin, melihat dari perspektif Aswaja baik dari aspek aqidah, ahlaq, fiqih, dan aspek- aspek lain menjadi penyempurna sebuah solusi.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons | Re-Design by AnsorGenteng Online