Banyuwangi,
Ada banyak manfaat yang bisa diraih saat bergabung dengan Nahdlatul Ulama. Tidak semata ikut dalam organisasi sosial keagamaan terbesar yang didirikan ulama, juga kegunaan lain dapat direngkuh.
Dengan mengutip sebuah syair, Kiai MN Harisuddin menyampaikan kepada peserta Pelatihan Kader Dasar yang diselenggarakan Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda (PAC GP) Ansor Genteng, Banyuwangi Ahad, (12/3).
Syair tersebut adalah:
Nahdlatul Ulamaai Fahmu dinii # Alaqatan bainan nabiy wa bainiy
Wa hamila al-Allaamatul Islaama # Minan nabiyyi rahmatan aalamaa
Nusamiy haadza sanadan huw kaafi # La bil gugali wat twutari wal wust’afi.
Bagi Katib Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jember Jawa Timur ini, keuntungan berNU yakni. “Pertama, NU adalah paham keagamaan yang bisa meramu tiga identitas sekaligus. Menjadi Islam, menjadi Indonesia dan menjadi Jawa,” katanya.
Kalau yang bersangkutan orang Makasar, maka bisa menggantinya menjadi Islam, Indonesia dan Bugis sekaligus. Demikian seterusnya. “Tidak banyak yang seperti NU ini,” tukas Wakil Ketua Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur tersebut.
“Kedua, NU menjadi penyambung antara warganya dengan Nabi Muhammad SAW,” katanya.
Melalui sistem sanad yang dibangun di NU, insyaallah warganya tersambung dengan Nabi Muhammad SAW melalui para salafuna as-shaalih. Misalnya, dari kiai, terus kiainya kiai, terus ke Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari hingga sampai kepada Rasulullah SAW.
“Ini berbeda dengan organisasi yang tidak jelas sanadnya. Sanadnya langsung ke Mbah Google”, ujar ketua bidang intelektual dan publikasi ilmiah Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jember tersebut yang disambut gelak tawa peserta.
Selain itu, lanjut Kiai Harisudin, alasan mengapa ber-NU, yakni adalah karena organisasi ini dibawa oleh orang-orang yang sangat alim. “Kalau berIslam, carilah Islam yang dipahami secara benar,” tegasnya.
Di NU, yang mengajari Islam adalah para ulama yang sangat alim dan tawadlunya luar biasa. Bukan melalui ustadz yang baru kemarin belajar Islam. Baru belajar Al-Qur’an langsung sok alim, sok pintar. Ke mana-mana bawa dalil. Bukan melalui ustadz yang seperti itu, lanjutnya.
Para ulama NU adalah orang yang sangat otoritatif dalam berIslam. “Belajarlah Islam kepada ulama yang memiliki otoritas keilmuan dan akhlak,” ungkap pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates tersebut.
Dan alasan berikutnya karena NU membawa misi rahmat semesta alam seperti bunyi syair minan nabiyyi rahmatan alama. “Yakni Islam yang ramah, bukan Islam yang penuh amarah. Islam yang mengajak, bukan Islam yang menginjak. Islam yang rahmatan lil alamin, bukan Islam yang laknatan lil alamin,” tegasnya.
Karena rahmatan lil alamin, dakwahnya NU juga dengan santun dan damai. “Tidak main paksa dan kekerasan segala,” pungkas dosen pascasarjana IAIN Jember ini.
Hadir pada PKD tersebut, Abd Qadir Jaelani selaku Ketua PAC GP Ansor Genteng, Gus Bambang Irawan yang juga Wakil Pengasuh Ponpes Tasmirut Thalabah sekaligus Wakil Ketua PAC GP Ansor, dan ratusan peserta yang terdiri pengurus PAC dan Ranting di Kecamatan Genteng. Kegiatan diselenggarakan di Pondok Pesantren Tasymirut Thalabah Setail. (Shohibul Ulum/Ibnu Nawawi)