ansorgenteng.blogspot.co.id

ansorgenteng.blogspot.co.id

Jumat, 23 Juni 2017

Buka bersama dan sholat trawih berjamaah, bersama H.Sukron Makmun HIdayat.S.Hum

AnsorGenteng Online-Seluruh pengurus  PC GP Ansor Banyuwangi  dan pengurus inti PAC GP Ansor se Banyuwangi sore hari ini buka bersama  di rumah pribadi H.Sukron Makmun HIdayat. S.Hum (Ketua PC GP Ansor Banyuwangi  )  yang  berdomisili di genteng wetan.kegiatan ini atas inisiatip pribadi ketua PC Ansor Banyuwangi selaku tuan rumah dengan tujuan konsolidasi dan silaturahmi bersama sebelum lebaran tiba ,Jumat 23 /6/2017.

Selain konsolidasi dan silaturahmi pada acara ini H.Sukron Makmun HIdayat. S.Hum  juga berbagi bingkisan tali asih kepada seluruh pengurus dan warga sekitar yang hadir .

Kegiatan ini diawali menampilkan team hadroh sholawat kader ansor setempat,dilanjutkan sambutan H.Sukron Makmun HIdayat.S.Hum  .

Dalam sambutannya H.Sukron Makmun HIdayat.S.Hum berpesan kepada seluruh jajarannya : pengkaderan dan pembinaan di ansor hendaknya terus di dorong agar gerakan yang dilakukan Ansor kedepannya lebih baik.Ansor adalah sahabat dengan semuanya ,jadi kader ansor janganlah mudah terprovokasi.

“Acara seperti ini sudah dilakukan setiap taun selama kepemimpinannya dan saat ini sudah  memasuki tahun ke 3 “,sambung H.Sukron Makmun HIdayat.S.Hum.

Sesi  taujih di isi oleh Ketua Lembaga Dakwah NU Banyuwangi  ustadz Zulkarnain.
Dalam ceramahnya ustadz Zulkarnain mengingatkan kembali tentang pentingnya kita membakar 7 macam nafsu yang berada pada diri kita ,karna bulan Rahamadan pada hakekatnya adalanbulan pembakaran Nafsu.

“ Nafsu hendaknya jangan sampai lebih dominan dari akal,agar tingkah laku kita terpuji”.demikian kutipan Singkat AnsorGenteng Online dari isi ceramah ustadz Zulkarnain.


Acara di akhiri dengan Doa dilanjut kan buka bersama,sholat magrib dan isyak berjamaah serta sholat tarawih.Gusno


foto selengkapnya kegiatan ini klik ; http://ansorgenteng.blogspot.co.id/…/kumpulan-foto-buka-ber…

Kamis, 22 Juni 2017

LAZIZNU Banyuwangi memberikan santunan anak yatim, dhuafa dan pengusaha kecil

AnsorGenteng Online-Bertempat dikantor  MWCNU kec Genteng, LAZIZNU Banyuwangi mengadakan sosialisai  kepada pengurus MWCNU beserta Banom NU tingkat kecamatan(Rabu,21/6/2017).

Acara yang di pandu Sdr Irfan (pengurus LAZIZNU Banyuwangi )bertujuan untuk mengenalkan program kerja LAZIZNU sekaligus penyerahan SK pengesahan LAZIZNU di tingkat Ranting (tingkat desa di wilayah Genteng).

Hadir di acara ini K.H.Shodik ( Tanfidziyah MWCNU Genteng) beserta  jajarannya,Kyai Imron, Sahabat Abd.Kadir,M.Pd.i ( Ketua PAC Ansor Genteng) .

Sdr irfan memaparkan :” LAZIZNU merupakan lembaga  satu pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) yang dibentuk NU yang kewenangnnya sudah di akui oleh KEMENAG”.

“Saat ini LAZIZNU sudah membentuk kepengurusan dari tingkat Nasional sampai tingkat Ranting ,dan dengan sosialisasi ini diharapkan LAZIZNU Banyuwangi bisa bekerja sama dan saling membantu dalam pengelolaan ZIZ dengan MWCNU genteng dan Banom nya”.


Acara sosialisasi LAZIZNU Banyuwangi yang di kemas dengan acara buka bersama ini juga memberikan  santunan kepada Anak yatim , dhuafa dan pemberian modal usaha kecil kepada salah satu pedagang cilog kader NU di wilayah Genteng.(Gusno)

Selasa, 20 Juni 2017

Mengapa Kita Harus Biasakan Panggil Gus untuk Kiai Muda ?

Salah satu penulis buku, Khazanah Aswaja, Ustad Yusuf Suharto cerita pengalamannya bersama KH Soleh Qosim Sidoarjo. Pengurus LTM NU Pusat sekaligus Aswaja Center Jatim.

 ’’Saat mengenalkan kami para pengurus Aswaja Center yang muda-muda, Kiai Soleh Qosim selalu menyebut kami dengan panggilan kiai,” ujar Ust Yusuf pengurus Aswaja Center Jatim ini.

Alumni Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang ini pun penasaran dengan hal itu.’’Saya lalu bertanya. Kami ini kan masih muda-muda, kok sudah dipanggil kiai," ujarnya bertanya.

Kiai Soleh Qosim kemudian menjawab enteng. “ Minhum (golongan diluar NU) itu hapal sedikit ayat dan hadist sudah dipanggil ustadz. Di kita itu antrenya jadi kiai kelamaan. Bahkan antrean disebut gus (panggilan kiai muda) untuk dipanggil kiai saja sangat panjang. Sampai-sampai ada gus yang walaupun sudah tua tetap tidak dipanggil kiai,” paparnya. 

Pertimbangan tersebut sangat masuk akal. Makanya Ustad Abbas Lc,  yang juga pengurus Rijalul Ansor Jombang ketika memandu sesi berikutnya langsung memperkenalkan Ketua Rijalul Ansor Kabupaten Jombang Gus Latif Malik Lc, sebagai Kiai Latif.   Juga terhadap Ketua Rijalul Ansor Pusat, Gus Aam, diperkenalkan sebagai Kiai Sholahul Am Notobuwono.

Alasan lain memanggil gus terhadap kiai muda juga sudah sering kita dengar dikalangan Ansor. Seperti yang disampaikan Toni Syaifuddin, Ketua PAC GP Ansor Kecamatan Kesamben yang juga salah satu pengurus PC GP Ansor Jombang. Saat memanggil pengurus yang lain, beliau selalu mengawali dengan panggilan Gus. 
“Gus itu adanya hanya di NU. Kalau bukan kita yang mengakrabkan panggilan itu, lalu siapa lagi?,” ujarnya saat ditanya alas an memanggil Gus pada pengurus Ansor. 

"Jadi memanggil Gus untuk kiai muda itu merupakan salah satu cara syiar ke-NU-an,” jelasnya enteng

sumber: NU Online

Minggu, 18 Juni 2017

2300 peserta " Mudik bareng NU " hari ini diberangkatkan

Jakarta,
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Lembaga Takmir Masjid (LTM) memberangkatkan peserta Mudik Bareng PBNU pada Ahad (18/6) di halaman Gedung PBNU Kramat Raya Jakarta Pusat.

Ketua PBNU, KH Abdul Manan Abdul Ghani mengungkapkan momentum mudik sebagai bagian mengingat tanah kelahiran yang berarti tanda kecintaan kepada tanah air.

“Mudik ini kebutuhan fitrah, bahwa kita ingin kembali ke kampung halaman. Kampung halaman itu penting, tanah kita dilahirkan, tempat yang harus kita hormati. Bagian dari iman adalah cinta kepada tanah air,” papar Kiai Manan.

Ia menambahkan tidak bisa dipungkiri air mata kita akan menetes saat ingat akan tanah kelahiran dan tanah air.  Ia juga menegaskan, membantu perjalanan atau menyediakan biaya mudik, merupakan amal yang baik.

Sementara Ketua LTM KH Mansur Syaerozy mengungkapkan Mudik Bareng 2017 merupakan penyelenggaraan mudik ketujuh kali yang diadakan PBNU. Ia sedikit mengulas Mudik Bareng PBNU diawali tahun 2001 dengan 15 kendaraan bus.

“Alhadmulillah setiap tahun jumlah pemudik yang dapat diberangkatkan PBNU selalu bertambah. Tahun lalu ada 1800 pemudik. Dan tahun ini meningkat menjadi 2300 pemudik,” kata Kiai Mansur.

Selain jumlah pemudik yang meningkat pesat pada tahun ini, juga ada penambahan rute yang baru pertama kali disediakan, yakni tujuan Lampung.

Menurutnya Mudik Bareng NU selalu diminati. Ada beberapa kelompok yang antusias mengikuti kegiatan tersebut. Yaitu para mahasiswa atau mahasiswi yang kuliah di Jakarta, anak-anak muda yang baru bekerja, dan para pensiunan. 

“Mereka adalah orang-orang yang cinta kepada NU,” kata Kiai Mansur. 

Pelepasan Mudik Bareng PBNU ditandai dengan pengibaran bendera oleh Ketua PBNU KH Masudi Syuhud, Ketua PBNU KH Abdul Manan Abdul Ghani, Direktur Kelembagaan Bank Mandiri Kartini Shely, dan Direktur 2 Pegadaian Dijono.

Pada kesempatan tersebut juga diserahkan dokumen data peserta Mudik Bareng PBNU 2017 dari Ketua PBNU KH Abdul Manan Abdul Ghani kepada Direktur Kelembagaan Bank Mandiri Kartini Shely.  NU Online 

Jumat, 16 Juni 2017

Panglima TNI: Umat Islam Jangan Terpecah Belah

Tegal, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo meminta umat Islam di Indonesia jangan sampai terpecah belah dan berperang sendiri.

Hal itu ditegaskan Gatot  saat Safari Ramadhan dan buka bersama di Lapangan Markas Brigade Infanteri (Brigif)/4 Dewa Ratna di Slawi, Kabupaten Tegal, Rabu (14/6).
 
Gatot menilai, saat ini ada indikasi benih-benih perpecahan mulai muncul seiring dengan sikap saling menjelek-jelekkan dan menyalahkan satu sama lain.

"Benih-benih ini sudah mulai ada. Mari kita ingatkan teman-teman kita yang suka mencaci dan menjelekkan orang. Jika kita biarkan ini, negara kita bisa porak poranda," ujar Jenderal bintang empat ini.

Orang nomor satu di jajaran TNI itu menyebutkan, setiap muslim harus rendah hati. Sifat sombong hanya milik Allah. Dalam konteks kekinian, banyak orang yang cenderung mengklaim bahwa diri dan kelompoknya adalah benar sementara yang lain salah.

Menurutnya, jika umat Islam tidak berpedoman pada nilai-nilai ini (rendah hati dan tidak menyalahkan orang lain-red), maka perang saudara tidak terelakkan. Perang saudara dan hilangnya sikap cinta tanah air inilah yang menjadi salah satu sebab negara-negara Muslim di kawasan Timur Tengah berkecamuk hingga sekarang.

Meski demikian, Jenderal kelahiran Tegal itu menyebut, Jawa Tengah merupakan daerah yang adem ayem. Di saat beberapa daerah lain sedikit bergejolak, Jawa Tengah telah menunjukkan diri bahwa masyarakatnya hidup guyup dan rukun.

Menurut dia, hal itu tak lepas dari peran ulama yang bersinergi dengan TNI-Polri, serta semua lapisan masyarakat.

Lebih lanjut, Gatot merencanakan gerakan doa bersama seluruh elemen masyarakat yang akan digelar bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus mendatang. Kegiatan itu dikhususkan pada khataman Al-Qur’an yang digelar di seluruh markas atau kantor satuan jajaran TNI dari Sabang sampai Merauke.

Adapun buka bersama diikuti oleh ribuan santri dari berbagai daerah. Selain itu, juga digelar santunan kepada 1.423 anak yatim. 

Kegiatan tersebut juga diikuti Pangdam IV/Diponegoro, Mayjen Tatang Sulaiman, Kapolda Irjen Condro Kirono, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ulama Kharismatik asal Pekalongan Maulana Habib Luthfi bin Yahya, Habib Tohir Alkaf, Bupati Tegal Enthus Susmono dan tokoh-tokoh lainnya.NU Online

Kamis, 15 Juni 2017

Hidupkan Tradisi Lama Melalui Festival Patrol

Bupati Anas sedang mengajari dua anak wisatawan asing
yang ikut menyaksikan pembukaan Festival Patrol bermain musik patrol di atas panggung.
BANYUWANGI – Untuk melestarikan tradisi musik patrol, Pemkab Banyuwangi menggelar Festival Patrol. Pembukaan Festival Patrol itu dilakukan Bupati Abdullah Azwar di halaman Stadion Diponegoro kemarin malam (13/6).
Pembukaan festival patrol berlangsung lancar dan semarak. Walau pun udara malam cukup dingin, warga tetap antusias membanjiri lokasi tersebut. Tampak pula di tengah undangan Bupati Pakpak Bharat, Remigo Yolando Berutu beserta istri, Ketua DPRD Pakpak Bharat dan beberapa anggotanya, serta para kepala SKPD.
Selain itu juga terlihat beberapa wisatawan asing yang tampak begitu menikmati pertunjukan tersebut bersama anggota keluarganya. Pembukaan ini ditandai dengan pemukulan alat musik terothok Bupati Azwar Anas, Bupati Pakpak Bharat, Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko, dan para wisatawan asing yang hadir.
Setelah pembukaan, dilanjutkan dengan penampilan patrol anggota Polres Banyuwangi sebagai pembuka. Berlanjut dengan penampilan grup patrol Kampung Kawitan Temenggungan Banyuwangi yang membawakan jazz patrol dengan irama unik yang tak kalah memikat.
Bupati Anas mengatakan festival patrol sengaja digelar untuk menghidupkan kembali tradisi lama yang saat ini sudah mulai tergeser. Patrol adalah tradisi unik karena hanya bisa dijumpai saat bulan Ramadhan.
“Patrol adalah tradisi kebersamaan yang harus kita lestarikan. Tradisi ini tidak hanya membangunkan orang untuk makan sahur, tapi juga menjaga keamanan lingkungan. Melalui festival semacam ini, kita coba membangkitkan kembali tradisi lama yang sudah mulai ditinggalkan masyarakat,” kata Anas.
Festival patrol ini, juga melibatkan para budayawan sebagai kurator. Di samping juga melibatkan seniman-seniman muda yang pandai menge mas patrol menjadi sesuatu yang berbeda. “Contohnya jazz patrol dari Kawitan yang memang digagas anak-anak muda di Kampung Temenggungan. Mereka pun terbiasa melibatkan musisi dari berbagai negara saat menyelenggarakan pertunjukan musik di kampungnya,” ujar Anas.
Digelar selama dua hari, di hari pertama event ini diikuti 25 grup. Mereka perform sambil berjalan keliling kampung. Namun sebelumnya, masing-masing grup tersebut diberi kesempatan unjuk kebolehan bermusik dan bernyanyi di atas panggung.
Festival patrol diikuti 25 grup patrol yang dihimpun dari seluruh kecamatan yang ada di Banyuwangi. Masing-masing grup, terdiri dari 15 orang yang memiliki keahlian berbeda-beda. Ada yang pegang seruling, therotok, gong, tempal, kentongan atau pethit.
Selain alat musik, festival ini juga disertai vokalis yang mengiringi musik patrol dengan sejumlah lagu-lagu bernafaskan islami. Seperti muruk ngaji, tombo ati, dan muji syukur. Selama dua malam, para peserta berkeliling ke kampung-kampung.
Kemarin malam (Selasa, 13/6), grup penampil dari Kecamatan Glagah, Rogojampi, Pesanggaran, Tegaldlimo, Purwoharjo, Cluring, Giri, Singojuruh, Wongsorejo, Blimbingsari, Genteng, Gambiran dan Songgon.
Mereka start dari depan Stadion Diponegoro-finish depan RTH Taman Makam Pahlawan dengan melewati sejumlah kampung di jalan Jagung Suprapto, jalan Kapuas, Jalan Musi, jalan Bengawan, Jalan Serayu, jalan Datuk Malik lbrahim, Jalan dr Soetomo, Jalan Pierre Tendean, Jalan Haryono, Jalan Ngurah Rai, jalan A.Yani dan berakhir di depan kantor Pemkab Banyuwangi.
Sedangkan malam kedua tadi malam (Rabu, 14/6), giliran 12 kontingen dari Kecamatan Tegaisari, Srono, Kalibaru, Sempu, Kalipuro, Banyuwangi, Bangorejo, Muncar, Slliragung, Kabat, Licin dan Glenmore.
Mereka akan mengambil start dari tempat yang sama di depan Stadion Diponegoro-finish Pendopo Shaba Swagata Blambangan melewati jalan kampung. Rutenya, jalan Kapuas, jalan Musi, jalan Bengawan, jalan Kali Lo, jalan MH Thamrin, jalan Jembatan KH Abu Amar, jalan Bromo, jalan Nias, jalan Sidopekso, selanjutnya menuju Sritanjung, depan Pendopo kabupaten.
Kreteria penilaian yang ditentukan panitia Festival patroi yaitu, saat start sampai finis sajian teknik penabuh patroi (kreasi kelompok instrumen), teknik atraksi penampilan dan harmonisasi antara irama musik, atraksi dan gending yang dibawakan. Dalam perjalanan yang dinilai yaitu kekompakan, semangat dan ketertiban. (radar)

Rabu, 14 Juni 2017

Tolak full day school, ini alasan PBNU

JAKARTA. Rencana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menerapkan kebijakan kegiatan belajar mengajar lima hari dengan menerapkan full day school (FDS) menuai berbagai kritikan dan penolakan. Salah satu yang melakukan penolakan atas aturan ini yakni Persatuan Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
PBNU menilai, ada banyak kerugian ketimbang manfaat dari kebijakan ini. Helmy Faishal Zaini, Sekertaris Jenderal (Sekjen) PBNU bilang, pihaknya melihat sembilan potensi kerugian yang dipastikan terjadi jika penerapan proses full day school ini dipaksakan.
Pertama, beban belajar yang akan makin memberatkan siswa. Jika kegiatan belajar mengajar ditambah sampai jam 16.00, maka keterserapan pendidikan pada anak usia dini tidak akan maksimal.
Kedua, terkait aspek mental spiritual, keberadaan lembaga pendidikan pesantren dan Madrasah diniyah ini telah banyak memberikan kontribusi pada pembentukan kepribadian dan watak mental spiritual anak. Di banyak tempat Madrasah diniyah biasanya dilaksanakan sore hari. Jika sekolah diberlakukan sampai sore hari, maka praktis mereka tak bisa mengikutinya.
Ketiga, terkait aspek akademik. Aturan belajar mengajar lima hari tentu harus diikuti oleh pembenahan kurikulum sekolah. Sementara mengubah kurikulum lama yang sudah secara sistematik diterapkan di sekolah tentu bukan hal yang mudah.
Keempat, terkait aspek kompetensi non akademik. Konsep lima hari sekolah, akan memutus kreatifitas anak dalam penguatan ilmu non akademik.
Kelima, terkait hak atas dunia sosial anak. Penambahan jam belajar mengajar selain mengambil jam belajar di luar sekolah, pada saat yang sama juga merampas jam bermain anak.
Keenam, terkait aspek ekonomi. Penambahan jam belajar sekolah praktiknya juga berhubungan dengan penambahan uang saku anak di sekolah. Dan ini tentu saja menambah beban finansial orang tua.
Ketujuh, terkait aspek keamananan mengenai waktu dan jarak pulang siswa.Dari sisi keamanan akan sangat rawan kalau anak setiap hari harus pulang sekolah kelewat petang.  
Kedelapan, dari aspek sarana prasarana penunjang. Seperti diketahui untuk sekolah di daerah-daerah tertentu masih sulit terakses sarana transportasi umum. Ini menjadi masalah lanjutan kalau jam pulang sekolah berubah. Masalah lain terkait keterbatasan ruang kelas juga.
Kesembilan, aspek ketahanan keluarga. Siswa yang berasal dari keluarga tak mampu, biasanya usai pulang sekolah selalu membantu orangtua. Jika anak-anak ini harus bersekolah hingga sore hari maka dua hal sekaligus membebani orang tua. Pertama, bertambahnya kebutuhan uang saku sekolah, kedua berkurangnya penghasilan lantaran berkurangnya tenaga dalam mencari nafkah.
Helmy menyatakan, PBNU meminta pemerintah untuk mengkaji ulang dan membatalkan aturan yang rencananya akan diterapkan pada Juli 2017. Dia bilang, PBNU siap untuk duduk bersama memberikan masukan dan menemukan solusi terbaik bagi kebijakan kontroversial ini.
"Ketegasan dan kearifan sikap pemerintah penting dan harus segera ditunjukkan untuk menghentikan kegaduhan dan menjaga kondusifitas penyelenggaraan pendidikan nasional kita," ujar Helmy, Rabu (14/6).Kontan

Selasa, 13 Juni 2017

PBNU Minta Mendikbud Kaji Ulang Kebijakan "full day school"

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj
JAKARTA, - Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy tidak terburu-buru dalam menelurkan kebijakan.

Kebijakan yang tanpa kajian mendalam, kata dia, bisa menimbulkan polemik di masyarakat.

Said Aqil menyatakan hal itu merespons pemikiran Muhadjir yang akan memperpanjang jam siswa di sekolah. Muhadjir menyebutnya dengan kokulikuler.

PBNU, kata Said Aqil, tidak setuju dengan wacana perpanjangan jam belajar siswa di sekolah selama tidak ada pengkajian secara menyeluruh dan matang.
Sementara Muhadjir mengumumkan wacana tersebut kurang dari dua pekan sejak dia dilantik .

" kebijakan itu perlu ditinjau ulang dengan sikap yang arif agar tidak merugikan masyarakat," ujar Said Aqil di Jakarta, Sabtu (13/8/2016).

Dia menilai wacana, apalagi jika sampai menjadi kebijakan, merugikan madrasah diniyah di pelosok perdesaan yang jadwal kegiatan belajar dan mengajarnya pada siang hingga sore hari.

Menurut Said Aqil , pondok pesantren sudah lama menerapkan konsep pendidikan ala wacana perpanjangan jam belajar siswa di sekolah itu. Pondok pesantren memberi asrama bagi para siswanya alias para santri.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, wacana sekolah sehari penuh atau yang disebutnya sebagai kokurikuler tetap berjalan meskipun mendapat penolakan.
Gagasan kokurikuler itu sebelumnya dikenal publik dengan sebutan "full day school".

"Full day (sehari penuh) jalan. Teknisnya belum, tetapi insya Allah jalan," kata Mendikbud seusai berkunjung ke Salah satu  SMK di Imogiri Bantul, DIY, Rabu (10/8/2016).

"Itu berkaitan dengan pendidikan karakter tingkat SD dan SMP," kata dia.
Menurut dia, penerapan sekolah sehari penuh akan terus dikaji dan disiapkan teknis pelaksanaannya. Penerapan itu mempertimbangkan pendidikan karakter meskipun di lingkungan keluarga juga ada pendidikan karakter.


Sumber :KOMPAS

Senin, 12 Juni 2017

Peringatan Nuzulul Qur’an PCNU Banyuwangi diawali dengan Bacaan Tahlil

Ketua Tanfidziah PCNU Banyuwangi kyai Masykur Ali 

Genteng,  -Pembukaan acara peringatan Nuzulul Qur’an PCNU Banyuwangi di buka dengan tahlil bersama (11/06/2017).  Acara tersebut di ikuti oleh Rois Syuriah PC NU Banyuwangi KH. Hisyam Syafaat, Tanfidziyah PC NU Banyuwangi KH. Masykur Ali, Forpimda Kabupaten Banyuwangi, Kemenag Banyuwangi, Kapolres Banyuwangi, MWC NU se-Banyuwangi beserta Banom-banomnya juga Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Tepat pukul 15.40 acara dimulai, dipimpin langsung oleh KH. Imam dari Singonjuruh. Diikuti oleh para jama’ah yang mulai memadati halaman SMK Ibnu Sina Genteng.  
Sambutan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat membuka acara peringatan Nuzulul Qur'än PCNU Banyuwangi

Acara berlangsung khidmat, sampai pembacaan tahlil usai. Setelah itu dilanjutkan dengan menyanyikan lagu subhanul wathon,
Dalam sambutanya Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas :“Doa yang sering kita panjatkan sendiri maupun berjamaah, Rabbanaa atinaa fiddun ya hasanah merupakan kebaikan yang ada di dunia. Kebaikan apapun itu yang kita lakukan seyogyanya juga ada usahanya.”

Demi mewujudkan doa tersebut (kebaikan dunia) menurut Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, salah satunya dengan mengatur pola makan.
“Kalau badan kita tidak sehat, kita harus menjaga dan mengatur pola makan yang kita terapkan sehari-hari”
 “Sebagaimana Rasulullah, dengan kita berpuasa, kesehatan kita akan terjaga dan pola makan kita akan teratur,”
“Bila kita uji coba menggunakan hewan tikus, kita bisa lihat bahwa tikus yang dikasih makan terus menerus dan tikus yang dikasih makan jarang dengan rentan waktu tertentu. Pasti yang berumur panjang adalah tikus yang dikasih makan jarang tersebut,” . tutur Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas  di hadapan ratusan warga Nahdliyin se-Banyuwangi


Sementara itu Ketua Tanfidziah PCNU Banyuwangi kyai Masykur Ali :kembali menegaskan bahwa komitmen NU dalam mengawal pancasila dan NKRI sudah sangat jelas.

 Menurut Kyai Masykur Ali sejarah telah telah membuktikan bahwa Perjalanan bangsa ini tidak terlepas dari peran ulama NU. “Mulai dari perjuangan kemerdekaan, perumusan dasar negara sampai perjuangn mempertahankan kemerdekaan, para kyai kita selalu hadir di depan”.

Komitmen dan ideologi perjuangan menegakkan NKRI sudah tidak diragukan lagi, mulai dari perjuangan Walisongo, Pangeran Diponegoro,KH. Moh. Hasan Bisri, Raden Ajeng Kartini, sampai hari ini para tokoh-tokoh NU tetap berada di garda depan mengawal NKRI.
“Sebelum pemerintah menetapkan Juni sebagi pekan Pancasila,  1160 kader PKP NU yang tersebar di seluruh pelosok Banyuwangi, terus berkomitmen NKRI harga mati, Pancasila Jaya”. Tambah Kyai Masykur
Selain itu ketua PCNU juga menyerukan agar tidak ragu untuk berjuang di Nahdlatul Ulama. “Sanad perjuangan NU itu jelas, dengan kita mondok di pondok pesantren salafiyah, para kiai sanadnya juga lurus sampai ke Rasulullah, begitu juga yang belajar di Blokagung atau dimanapun itu, yang pesantrenya berhaluan ahlusunnah waljamaáh An Nahdliyah, pasti gurunya satu dan akan ketemu sanadnya sampi ke Rosululloh”. Pungkasnya.
Kemudian sambutan diakhiri dengan pekikan Khas “Siapa kita? NU, NKRI ! Harga Mati, Pancasila Jaya! yang di ikuti oleh seluruh warga Nahdliyin yang memadati halaman SMK Ibnu Sina. 

Sumber : Nuob
Editor   : Gusno


Silaturahmi, Buka Puasa Bersama dan Santunan Anak Yatim PC GP Ansor Banyuwangi

AnsorGenteng-Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan tahun ini, PC GP Ansor Banyuwangi bekerja sama PAC GP Ansor Sempu mengadakan Acara Silaturahmi, Buka Puasa Bersama dan Santunan  Anak Yatim yang bertempat di Masjid Jami’ Darul Falah Dusun darungan Rt 01 Rw 02 Desa Tegal Arum kecamatan Sempu.

Acara yang terselenggara hari Ahad tanggal 11 Juni 2017 tersebut dihadiri oleh seluruh Jamaah, Tokoh Masyarakat ,Kapolsek  Sempu,Kepala kecamatan Sempu,Dan pengurus inti Gp Ansor dari tingkat Ranting sampai Tingkat PC di Wilayah Kabupaten Banyuwangi.

Dalam sambutanya  Ketua PC GP Ansor Banyuwangi H Sukron Makmun Hidayat S Hum menegaskan : acara tersebut merupakan silatturahmi  GP Ansor kepada masyarakat sekaligus sebagai bentuk kepedulian Ansor Kepada Anak yatim .

H Sukron Makmun Hidayat S Hum berpandangan Setiap anak merupakan aset masa depan bangsa. Semakin baik kualitas setiap anak, maka akan semakin baik, maju dan bermartabat. Anak Yatim sudah semestinya menjadi kepedulian semua umat, agar mereka kelak dapat hidup sukses membangun bangsa, Negara dan Keluarganya.

Selain itu H Sukron Makmun Hidayat S Hum juga berpesan kepada Jamaah dan Masyarakat untuk terus berikhtiar menjaga ketentraman   Banyuwangi khususnya serta terus menjaga indonesia ,beliau melihat saat ini telah ada kekuatan tertentu yg berusaha memecah belah bangsa dan umat islam,untuk itu kita  harus  dengan bijak  menghadapi dan melalui ujian ini .

Sementara itu Panitia penyelenggara mengatakan: santunan Anak yatim  ini   merupakan agenda Rutin yg diselenggarakan di wilayah Kecamatan sempu,  Untuk santunan kali ini diberikan ke 26 anak yatim ,dan tentunya ini lebih banyak dari Ramadhan tahun sebelumnya.


Acara penyerahan Santunan dilakukan secara simbolis dengan pembagian amplop dan Bingkisan oleh Pengurus PC GP Ansor Banyuwangi serta Tokoh masyarakat yang hadir .setelah itu dilanjutkan Doa , Buka puasa bersama dan Sholat Magrib berjamaah.Gusno

Minggu, 11 Juni 2017

MUI Minta Mendikbud Kaji Ulang Kebijakan Sekolah Lima Hari

JAKARTA, - Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy mengkaji ulang kebijakan sekolah lima hari. Rencananya, kebijakan sekolah lima hari akan diterapkan mulai tahun ajaran 2017.

Wakil Ketua Umum MUI, Zainut Tauhid Sa'adi dalam keterangan pers, Minggu (11/6/2017) menyampaikan, kebijakan tersebut dapat berpengaruh pada praktik penyelenggaraan pendidikan keagamaan yang dikelola swadaya masyarakat, misalnya Madrasah Diniyah dan pesantren.

Zainut mengatakan, biasanya kegiatan keagamaan tersebut dimulai setelah pelajar pulang dari sekolah umum, yaitu SD, SMP, dan SMA.

Menurut Zainut, dalam kebijakan sekolah lima hari sepekan, maka berlaku pendidikan selama delapan jam per hari. Hal ini, kata dia, akan membuat model pendidikan Madrasah gulung tikar.

Padahal, pendidikan model Madrasah Diniyah dan pesantren selama ini telah berkontribusi besar bagi penguatan nilai-nilai keagamaan, pembentukan karakter, dan penanaman nilai-nilai akhlak mulia bagi anak didik.

"Untuk hal tersebut, MUI meminta kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy untuk mengkaji ulang kebijakan tersebut," ucap Zainut.
Zainut khawatir apabila kebijakan sekolah lima hari diterapkan, maka akan banyak Madrasah Diniyah yang tutup. Demikian juga dengan pengajar di Madrasah Diniyah menjadi kehilangan pekerjaan.

"Hal ini sangat menyedihkan dan akan menjadi sebuah catatan kelam bagi dunia pendidikan Islam di negeri yang berdasarkan Pancasila," imbuh Zainut.

Diterapkan bertahap
Di sisi lain, Zainut mempertanyakan kesiapan sarana dan prasarana di sekolah, apakah layak untuk diterapkan pendidikan delapan jam sehari. Sebab kalau tidak, imbuhnya, alih-alih tercipa suasana belajar yang kondusif, nyaman, dan menyenangkan. Justru anak didik akan merasa jemu dan stress.

Atas dasar itu, Zainut meminta kebijakan ini diterapkan secara bertahap, selektif, dan dengan persyaratan ketat.

"Misalnya hanya diberlakukan bagi sekolah yang sudah memiliki sarana pendukung yang memadai. Sedangkan bagi sekolah yang belum memiliki sarana pendukung tidak atau belum diwajibkan," kata dia.

Selain itu, Zainut juga mengusulkan, kebijakan tersebut tidak diberlakukan untuk semua daerah dengan tujuan untuk menghormati nilai-nilai kearifan lokal.
"Jadi daerah diberikan opsi untuk mengikuti program pendidikan dari pemerintah, juga diberikan hak untuk menyelenggarakan pendidikan sebagaimana yang selama ini sudah berjalan di masyarakat," pungkas Zainut.KOMPAS.

Sabtu, 10 Juni 2017

Renungan Ramadhan Kiai Sahal Mahfudz

Tak terasa kita  kembali berjumpa dengan bulan yang suci, istimewa dan mulia: Ramadhan. Banyak sekali kejadian penting yang terjadi di bulan ini sehingga patut menjadi alasan keistimewaan Ramadhan di bandingkan sebelas bulan yang lain.

Hal terpenting yang harus disebut hubungannya dengan Ramadhan adalah diturunkannya al-Qur’an pada bulan Ramadhan. Ada pula momentum penting lainnya yaitu perang badar dan penaklukan (fathu) Makkah. Keduanya mempunyai peran luar biasa dalam perjuangan umat Islam pada masa itu. Keduanya selanjutnya menjadi titik tolak perkembangan Islam di dunia. Begitu istimewanya bulan Ramadhan sehingga Rasulullah saw bersabda:
Telah datang kepadamu Ramadhan, bulan utama atas segala bulan, telah datang. maka sambutlah Bulan puasa dengan segala berkahnya, telah datang. Maka muliakanlah. Sungguh amat mulialah tamu kalian ini.
Tidak hanya dalam wacana keIslaman saja Ramadhan menjadi Istimewa. Di Indonesia Ramadhan bulan bersejarah karena proklamasi kemerdekaan yang jatuh pada tanggal 17 agustus tahun 1945 bertepatan pula dengan Ramadhan. Lantas apakah sebenarnya nilai istimewa yang terkandung dalam Ramadhan itu?
Ramadhan adalah bulan ibadah, di mana pahala segala amal dilipatgandakan bahkan ditetapkan jenis ibadah wajib yang khusus hanya dilakukan pada bulan itu saja yaitu puasa.
Dengan segala ‘fasilitas’ dan ‘motivasi’ yang sedemikian itu, diharapkan umat muslim memanfaatkan bulan ini sebaik-sebaiknya untuk menyucikan diri hingga putih bersih ‘sebagaimana saat kelahirannya’.
Masalahnya adalah, apakah kita cukup peduli pada keistimewaan Ramadhan? apakah kita siap mendapatkan fasilitas, dengan berbagai keistimewaannya? Atuakah Jangan-jangan kita sudah tidak merasa memerlukan lagi fasilitas itu atau jangan-jangan kita tidak lahi membutuhkan dan merasa tidak perlu dengan bulan Ramadhan, na’udzubillah mindzalik…
Keistimewaan Ramadhan ini akan sangat terasa jika kita maknai sebaik mungkin dengan mengisinya dengan bermacam bentuk peribadahan. Sehingga keistimewaan itu mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan kita. Sebagaimana halnya hari ulang tahun seseorang yang tidak bermakna jika tidak dimaknai oleh yang bersangkutan. Begitu pula dengan Ramadhan.
Tanpa pemaknaan itu Ramadhan hanya akan menjadi satuan waktu biasa. Setiap harinya sama tidak istimewanya dengan hari-hari lainnya. Tidak akan bermakna apa-apa bagi kita selama kita sendiri tiak menempatkan makna khusus terhadapnya.
Memberikan makna dan nilai untuk bulan Ramadhan, tidak berarti kita berlebih-lebihan mengisinya di bulan ini saja dan untuk sebelas bulan selanjutnya kita teledor. Karena aktualisasi makna Ramadhan itu justru terdapat dalam sebelas bulan lainnya. Ramadhan harus menjadi titik tolak perjalanan kehidupan muslim di sepanjang tahun selebihnya. Seperti halnya fathu makkah ataupun perang badar yang menjadi tonggak perjalanan umat Islam di dunia.
Dengan kata lain, nilai optimal Ramadhan baru bisa kita dapatkan jika kita menempatkan bulan ini sebagai inspirasi dan momentum untuk mengubah pola pikir dan perilaku kita. Sudahkan kita memenuhi kewajiban kita atas perintah-perintah-Nya? Masih pantaskah kita menuntut hak dari-Nya, padahal kita tak selalu memenuhi kewajiban kita atas-Nya? Atau malahan Allah telah memenuhi hak kita, namun kita tak pernah menyadarinya! Astagfirullah…
Pada hakikatnya, Allah swt tidak pernah memerlukan kita. Namun kita harus tahu diri bahwa segala fenomena alam di dunia ini merupakan tanda dan pelajaran mengenai kekuasaan-Nya. Tidak diciptakan semua makhluk di dunia ini kecuali untuk mengabdi pada-Nya. Dan segala di dunia menjadi jalan mengabdi untuk-Nya. Maka, jalan menuju ilahi bagi makhluk sosila seperti manusia adalah mengabdikan diri dengan cara memperbaiki pola hubungan kita dengan sesama manusia, lingkungan dan dunia sekitar kita. Dengan bahasa lain, hubungan transcendental (hablum minallah) antara manusia dan tuhan tak akan lengkap dan sempurna tanpa merangkai hubungan horizontal (hablum minan nas) antar manusia.
Oleh karena itu Ramadhan adalah waktu yang diciptakan oleh Allah lengkap dengan fasilitas dan kemewahannya untuk dimanfaatkan manusia sebagai madrasah kehidupan yang melatih dan membelajari poa kehidupan yang sehat. Sangat saying jika dilewatkan.
Namun, bukankah Ramadhan hanyalah putaran waktu yang akan hadir kembali pada tahun yang akan datang? ah, siapakah kita ini hingga seyakin itu akan menemui Ramadhan yang akan datang? bukankah hidup ini adalah misteri terbesar umat manusia? Kesempatan tidak akan datang untuk kedua kalinya!.
Disarikan dari Dialog dengan Kiai Sahal Mahfudh, Solusi Problematika Umat,  Ampel Suci 2003

Jumat, 09 Juni 2017

Bersama KHR. Cholil As’ad, Bupati Anas Doakan Bangsa dan Banyuwangi

Banyuwangi,  – Bulan Ramadlan yang penuh berkah dimanfaatkan oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas untuk mendoakan bangsa dan Banyuwangi. Ia bersama dengan Pengasuh PP. Walisongo, Mimbaan Situbondo KHR. Cholil As’ad berdoa bersama di kawasan wisata Bangsring Underwater (Bunder) Wongsorejo, Banyuwangi, Selasa (6/6).
“Bulan Ramadlan ini, momentum yang tepat untuk memanjatkan doa untuk kebaikan bangsa dan Kabupaten Banyuwangi,” ungkap Anas kepada banyuwangi.nu.or.id

Dalam rangkaian doa bersama tersebut, KHR. Cholil As’ad memimpin pembacaan Al Quran, Sholawat Nariyah, tahlil dan lain sebagainya. “Semoga dengan rangkaian doa ini, bisa mendatangkan keberkahan bagi Banyuwangi, khususnya, dan Indonesia, pada umumnya,” ungkap salah seorang pengurus PBNU tersebut.

Menariknya, acara doa bersama yang diawali ngabuburit sembari sholawatan dengan diiringi hadrah kolaborasi itu, mengambil tempat yang tak umum, yaitu tempat wisata. Tidak hanya melantunkan puji-pujian terhadap nabi Muhammad, mereka juga mendengungkan kebhinekaan. Mereka menyanyikan PBNU, yang merupakan singkatan dari Pancasila, Bhineka tunggal ika, NKRI, dan Undang-Undang Dasar 1945.

“Ini cara baru bahwa berdoa dan sholawatan tidak harus di masjid atau tempat-tempat tertentu saja, tapi juga bisa dilakukan dengan santai di tepi pantai,” papar bupati Anas.
Kehadiran turis mancanegara yang ikut mengabadikan kegiatan tersebut, lanjut Anas, menjadi inspirasi tersendiri. Perpaduan musik etnik di tepi pantai dengan dihiasi balon-balon menjadi daya tarik tersendiri. “Hal ini menarik bagi saya. Sholawat yang dikemas secara sederhana pun juga bisa menjadi daya tarik wisatawan,” terangnya.
Sementara itu, kegiatan Banyuwangi Mengaji sendiri, juga dirangkai dengan khotmil Quran yang akan dihelat selama empat hari (7 – 10/6), di Pesantren Darul Taufiq, Tegalpare, Muncar. “Acara ini akan diikuti pelajar, santri dan masyarakat,” ungkap Kabag Kesra Pemkab Banyuwangi Lukman.NUOB

Kamis, 01 Juni 2017

Peringati Hari Lahir Pancasila, Santri PP. Baitusalam Upacara Sarungan

Cluring,  – Penetapan 1 Juni sebagai peringatan hari lahir Pancasila oleh Pemerintah Republik Indonesia, disambut antusias oleh berbagai elemen masyarakat. Diantaranya adalah para santri di Pondok Pesantren Baitussalam, Desa Tampo, Kecamatan Cluring.
Mereka menggelar upacara bendera lengkap dengan pembacaan teks Pancasila sebagaimana upacara pada umumnya. Namun, menariknya, mereka menggunakan seragam yang menunjukkan ciri khas kesantriannya, yaitu sarung dan kopiah.
“Kami sengaja mengenakan sarung dan kopiah dalam upacara peringatan hari lahir Pancasila ini, untuk menegaskan kepada para santri, bahwa kita ini, para santri, memiliki andil dalam merumuskan Pancasila,” ungkap pembina upacara dan salah seorang mundzir PP. Baitussalam, Gus Fikri Aditya kepada banyuwangi.nu.or.id
Selain itu, lanjut Gus Fikri, upacara peringatan Pancasila di pesantren juga ingin menegaskan bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman. Sampai saat ada beberapa gelintir umat Islam di Indonesia yang masih mempertentangkan antara Islam dan Pancasila.
“Pesantren sebagai salah satu simbol Islam di Indonesia, ingin menunjukkan bahwa Pancasila dan Islam itu bisa selaras,” paparnya.
Di pesantren tersebut, penguatan nilai-nilai kebangsaan dan Nasionalisme juga ditekankan. Tidak hanya berupa seremonial upacara, tapi dalam belajar mengajar sehari-hari juga diberikan materi-materi yang berkaitan dengan kebangsaan.Baik di dalam pesantren sendiri, maupun di SMP NU Baitussalam sendiri.
“Bagi kami, penguatan ilmu keagamaan harus juga dilengkapi dengan semangat kebangsaan dan Nasionalisme. Karena, tidak mungkin agama bisa berkembang dengan baik, jika tak memiliki tanah air,” pungkas Fikri. (NUOB)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons | Re-Design by AnsorGenteng Online