ansorgenteng.blogspot.co.id

ansorgenteng.blogspot.co.id

Sabtu, 20 Mei 2017

Berjasa Kembangkan Ekonomi Syariah, Kiai Ma’ruf Sandang Gelar Profesor

Jakarta, 
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Menristek RI) Nomor 69195/A2.3/KP/2017, Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin akan diangkat dan dikukuhkan sebagai Profesor dan Guru Besar dengan status sebagai dosen tidak tetap dalam bidang Ilmu Ekonomi Muamalat Syaria’ah di UIN Malang. 

Surat pengangkatan menteri tersebut didasarkan kepada surat usul rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dengan Nomor Un.03/0T.01.6/5731/2016 tanggal 18 November 2016.

Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang H Mudjia Rahardjo menjelaskan, usulan penganugerahan gelar profesor kepada KH Ma’ruf Amin semula berasal dari para ulama, tokoh masyarakat, dan juga dari Kemenristek. Karena pengangkatan seseorang agar mendapatkan gelar profesor itu harus dari sebuah institusi yang memiliki akreditasi A, maka ia menawarkan usulan tersebut kepada para senat UIN Malang. 

“Pengusul itu harus dari institusi yang terakreditasi A. Terus saya rapatkan senat dan ternyata senat menyetujui. Karena menyetujui saya mengusulkan melalui Kementerian Agama karena bidangnya ekonomi Islam,” kata H Mudjia saat dihubungi NU Online via telepon, Sabtu (20/5).

Peraih gelar doktor bidang Ilmu Sosial dari Universitas Airlangga itu mengatakan, proses pengukuhannya akan dilaksanakan pada Rabu, 24 Mei 2017, di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Ia menambahkan, rencananya acara tersebut akan dihadiri oleh Presiden, beberapa menteri, dan pejabat negara lainnya. Sampai saat ini, persiapan acara sudah mencapai delapan puluh persen. 

“Sampai hari ini beritanya begitu (akan dihadiri Presiden Jokowi), pihak panitia dan beberapa sudah menghubungi istana,” jelasnya.

Ia mengungkapkan, pemberian gelar tertinggi dalam akademik kepada KH Ma’ruf Amin didasarkan kepada kiprah dan peran Rais ‘Aam PBNU tersebut dalam hal keulamaan dan pengembangannya dalam bidang ekonomi syariah. Menurut dia, gelar profesor untuk KH Ma’ruf Amin adalah bentuk apresiasi atas perannya selama ini. 

“Karena perannya, baik perannya sebagai ulama dan peran akademiknya dalam bidang ekonomi itu menonjol sekali. Terutama setelah adanya demo besar-besaran,” urainya.

H Mudjia menilai, KH Ma’ruf Amin adalah sosok ulama yang lengkap, yaitu memiliki garis nasab ulama dan juga memiliki keilmuan agama yang sangat mumpuni, memiliki peran yang signifikan dalam mengembangkan ekonomi syariah, dan bisa diterima semua golongan.

“Beliau sosok ulama yang bisa diterima oleh berbagai kelompok aliran di Indonesia. NU, Muhammadiyah, dan lainnya,” tutup dia.NU Online

Jumat, 19 Mei 2017

Banyuwangi Jadi Contoh Bagus Jaga Keberagaman

Banyuwangi  - Keberhasilan Kabupaten Banyuwangi dalam menjaga kerukunan antar umat beragama diapresiasi Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor. Masyarakat Banyuwangi yang plural bisa hidup berdampingan dengan baik.

"Banyuwangi ini menjadi contoh menarik tentang bagaimana menunjukkan agama Islam yang rahmatan lil alamin. Meski masyarakatnya memiliki keyakinan yang beragam, tetap damai dan bersatu padu," terang Sekretaris Jendral PP GP Ansor Adung Abdurrahman di sela-sela rangkaian pelantikan PC GP Ansor Banyuwangi, Kamis (18/5/2017).

"Visi pemimpin Banyuwangi, saya kira, menjadi faktor menarik untuk menjadi contoh pada dunia. Meski memiliki visi keislaman yang kuat, akan tetapi tetap memberi ruang yang layak bagi kebudayaan dan keberagaman," imbuh Adung.

Dia mengatakan, saat ini konflik sosial mulai kerap muncul karena perbedaan yang dibesar-besarkan dan dipolitisasi. GP Ansor khawatir tenun kebangsaan bisa terkoyak jika situasi dewasa ini dibiarkan.

"Untuk itu, Pimpinan Pusat GP Ansor mengampanyekan kepada dunia tentang Islamic Humanitarian, Islam Kemanusiaan. Yaitu, Islam sebagaimana yang diterapkan di Indonesia, damai dan toleran di tengah kebhinekaan," tutur Adung.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, kerukunan antar umat beragama dan golongan adalah modal penting bagi pembangunan daerah. Pertumbuhan Banyuwangi saat ini, bukan karena pemimpinnya, tapi karena keguyupan masyarakatnya untuk membangun.

"Maka, penting kerukunan tersebut dijaga, bagaimana bisa membangun daerah kalau satu sama lain tidak rukun," terang Bupati Anas.

Sebagai ikhtiar dalam menjaga kerukunan tersebut, Banyuwangi meningkatkan intensitas dialog dan silaturahmi antarumat beragama. Banyuwangi juga telah mendapat Harmony Award dari Kementerian Agama atas keberhasilannya menjaga kerukunan dalam keberagaman.

"Dalam beberapa bulan sekali, kita bertemu, berdialog bersama. Kadang di masjid, kadang di gereja, di pura dan lain sebagainya. Hal ini sebagai upaya untuk menjaga kerukunan tersebut," papar Anas.

Selain itu, dalam acara-acara tertentu, antar umat beragama dan ormas saling mengundanghadirkan untuk meningkatkan silaturrahmi.

"Seperti halnya saat pelantikan GP Ansor ini, Pemuda Katolik, Pemuda Persada Hindu Dharma, Pemuda Muhammadiyah dan beberapa ormas keagamaan yang tergabung dalam Forum Pemuda Lintas Agama Banyuwangi ikut hadir," jelas Anas. (beritajatim.com)

Kamis, 18 Mei 2017

GP Ansor Banyuwangi Siap Menjadi Garda Terdepan Pembela NKRI

Prosesi pelantikan jajaran Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Banyuwangi. 
Banyuwangi,Gerakan Pemuda (GP) Ansor Banyuwangi,  Jawa Timur siap digarda terdepan dalam memperjuangkan dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Pimpinan Cabang (PC) GP Ansor Banyuwangi, H Sukron Makmun Hidayat, usai dilantik di Pondok Pesantren Mabadiul Ihsan, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Rabu malam (17/5/2017).
"Saya tegaskan bahwa Ansor akan menjadi garda terdepan pembela NKRI, bila ada yang mengusik keutuhan Indonesia, Ansor Banyuwangi siap menjadi benteng terdepan," tegasnya.
Dalam acara yang mengambil tema ‘Memupuk Kembali Semangat Ukhuwah Ansoriyah Annahdliyah di Tengah Gempuran Ideologi dan Isu Global’ tersebut, adik kandung Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bijak dalam ber media sosial.Sukron mengatakan, masyarakat harus bisa memaksimalkan kecanggihan teknologi untuk menyebar informasi positif. Serta kabar-kabar yang menyejukan. Dan menghindari memposting ajakan pada kebencian, hasutan dan segala hal yang berbau negatif.
“Kecanggihan teknologi akan menjadi alat pendorong pembangunan daerah, bangsa dan negara saat digunakan dengan benar,” katanya.Sebelumnya, jajaran PC GP Ansor Banyuwangi, masa khidmat 2016-2021, dilantik langsung oleh Pimpinan Pusat GP Ansor, yang diwakili oleh Kasatkornas Banser, H Alfa Isnaeni. Di hadapan ribuan kader Ansor yang hadir, Alfa Isnaeni mengajak seluruh kader untuk meneladani perjuangan para pendahulu.
Alfa Isnaeni juga mengingatkan kader Ansor adalah tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) yang menghargai pluralisme namun menjadi pelopor dalam perjuangan agama dan bangsa.
“Saat PKI (Partai Komunis Indonesia) merongrong keutuhan NKRI, kader Ansor berada di garis terdepan dalam melawan, dan saat ini jika muncul faham baru yang bertentangan dengan Pancasila, kita juga akan melawan,” ucapnya.
Pelantikan yang berlangsung khidmat dan meriah tersebut juga dihadiri Sekjen Pimpinan Pusat Ansor, Adung Abdurrahman, Ketua Pimpinan Wilayah (PW) GP Ansor Jawa Timur, H.Rudi Tri Wahid, Ketua Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Banyuwangi, KH Masykur Ali dan Abdullah Azwar Anas. (timesbanyuwangi)

Selasa, 16 Mei 2017

Mewujudkan Kemandirian Ekonomi Nahdliyin

Salah satu amanah Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) Jombang adalah peningkatan bidang ekonomi yang berbasis keummatan. Tentu, hal ini menjadi sinyalemen kuat bahwa kepengurusan NU di bawah kepemimpinan KH Said Aqil Siroj memiliki perhatian yang serius di bidang kesejahteraan umat. 

Selain itu, saat ini PBNU juga sudah melaksanakan berbagai macam program dan kegiatan seperti melakukan advokasi, menjalin kerjasama dengan swasta dan pemerintah, serta membentuk perkumpulan saudagar Nahdliyin untuk memperkuat dan mewujudkan ummat yang mandiri dalam bidang ekonomi.

Sebagaimana yang kita tahu, kebanyakan warga NU berada di pedesaan dan berprofesi sebagai petani. Selain itu, saat ini tidak sedikit warga NU yang hidup di kota yang bergerak di bidang-bidang jasa dan industri. Mereka juga tidak bisa diremehkan. Namun, jika dibandingkan dengan yang ada di pedesaan, jumlah mereka tentu masih kalauh jauh.

Untuk itu, perlu upaya yang masif dan sistematis –terutama PBNU- untuk memberdayakan mayoritas warga NU tersebut sehingga mereka memiliki ekonomi yang kuat dan mandiri. Tapi, bagaimana caranya?  Dan harus dimulai dari mana? 

Berikut hasil wawancara wartawan NU Online, Ahmad Muchlishon, kepada Ketua PBNU Bidang Perekonomian, Eman Suryaman:

Bagaimana NU memandang kemandirian ekonomi ummatnya?

Sebelum NU lahir, Mbah Wahab Chasbullah dan kiai lainnya mendirikan Nahdlatut Tujjar (kebangkitan para pedagang). Ini adalah cikal bakal dari NU. Maka dari itu, di dalam sejarahnya para pendiri NU memiliki perhatian yang lebih terhadap perekonomian dan kesejahteraan ummat. Karena apabila Nahdliyin ekonominya kuat, maka NU dan Indonesia akan juga kuat. Begitu juga sebaliknya. 

Kalau saat ini?

Sebagaimana yang telah disepakati saat Muktamar Jombang bahwa ada tiga amanah yang menjadi perhatian khusus, yaitu pertama, peningkatan bidang pendidikan. Saat ini, ada puluhan ribu sekolah Ma’arif dan ada tiga puluh satu perguruan tinggi NU yang sudah dibangun. Kedua, peningkatan bidang kesehatan. NU juga sudah membangun rumah sakit, klinik kesehatan, dan pelayanan-pelayanan kesehatan lainnya. 

Ketiga, peningkatan bidang ekonomi. PBNU juga berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan Nahdliyin dalam bidang ekonomi. Ekonomi Nahdliyin kebanyakan di sektor-sektor informal dan masih menengah ke bawah seperti pedagang kecil, petani, nelayan, dan lainnya. Kita terus dorong mereka agar bisa naik ke level menengah.

Caranya, pak?

Dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya dan juga meningkatkan mutu kualitas hasil produksinya. Misalnya, kalau dulu menggunakan plastik biasa dalam mengemas produk, sekarang bisa menggunakan plastik yang menarik. Pengolahannya dan hasilnya juga dibaguskan. Sehingga nilainya juga akan lebih bagus juga. 

Distribusi hasil produksi juga harus diperluas. Kalau dulu hanya dijajakan di kampungnya saja, sekarang bisa dipasarkan kemana-mana dan murah dengan menggunakan internet seperti toko online di website ataupun media sosial. 

Selain itu, pemerintah juga harus berpihak dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang pro terhadap pelaku ekonomi menengah ke bawah tersebut agar mereka bisa meningkat. Saat ini, kesenjangan di Indonesia cukup memprihatinkan. Kekayaan Indonesia hanya dikuasai oleh segelintir orang saja. Ini yang harus menjadi perhatian pemerintah, yaitu bagaimana kekayaan kita tidak hanya dikelola oleh segelintir orang saja dan bisa dinikmati oleh masyarakat. Karena negeri ini dibangun dalam rangka untuk mensejahterakan masyarakatnya.

Kalau ekonomi Nahdliyin saat ini bagaimana, pak?

Ekonomi warga NU Nahdliyin saat ini kebanyakan masih berbasis tradisional, karena memang mayoritas warga NU ada di pedesaan. Namun demikian, banyak juga yang sudah maju dan berada di kelas menengah ke atas, tetapi ini belum banyak. 

Di desa, biasanya mereka ada di pasar-pasar tradisional, di sektor pertanian, di laut. Mereka masih banyak yang menggukana cara dan alat yang tradisional. Ini yang harus kita ubah agar mereka bisa melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi secara lebih profesional, baik dalam produksi, pemasaran, ataupun permodalannya.

Ada langkah-langkah khusus untuk menaikkan mereka?

Pertama, mereka diberikan pelatihan, mulai manajemen, ketrampilan, IT, dan lainnya. Zaman berputar begitu cepat, kalau mereka tidak bisa mengikuti tren zaman maka akan tertinggal. Yang terpenting adalah bagaimana mereka memiliki standar minimal kemampuan manajerial berbasis IT. 

Kedua, kita berupaya untuk menjembatani mereka dengan pemerintah. Agar mereka mendapatkan dukungan, support, dan bantuan dari pemerintah. Alhamdulillah, kita sudah berkomunikasi dengan Kementerian Keuangan dan sudah mendapatkan pinjaman tanpa agunan ataupun jaminan. Selain itu, kita juga sudah melaksanakan MoU dengan Kementerian Koperasi dan Kominfo. Tahun ini, bantuan permodalan akan diimplemetasikan dan disalurkan kepada mereka pelaku usaha menengah ke bawah melalui Lembaga Perekonomian NU.

Sebagaimana yang disebutkan, mayoritas Nahdliyin itu petani. Bagaimana memberdayakan mereka?

Ada tiga kategori petani, yaitu buruh tani, petani kecil, dan petani profesional. Kebanyakan Nahdliyin adalah buruh tani dan petani kecil. Agar mereka bisa naik, maka mereka harus diberikan pinjaman tanpa agunan, tanpa jaminan. Mereka tidak memiliki jaminan, sementara pemerintah sudah mengeluarkan KUR dan itu menggunakan jaminan. Ini yang menjadi masalah. 

Maka dari itu, kita bekerjasama dengen Kementerian Keuangan berupaya untuk memberikan pinjaman tanpa jaminan kepada mereka. Mereka juga dikasih pelatihan bagaimana bertani yang baik, produktif, dan melengkapinya dengan peralatan-peralatan yang modern agar efektif.

Jadi, apa tantangan dan peluang Nahdliyin dalam bidang ekonomi itu?

Di era globalisasi ini, warga NU harus berani mengambil langkah-langkah strategis di berbagai bidang, baik itu bidang perdagangan, pertanian, perikanan, dan nelayan. Selain itu, pemerintah juga harus mendukung pelaku ekonomi menengah ke bawah yang mayoritas adalah warga NU tersebut. 

Seperti nelayan diberi kapal dengan segala perangkatnya, petani diberi pupuk dan bibit yang murah. Entah itu bentuknya hibah ataupun cicilan. Setelah itu, hasil produknya juga harus bisa dipasarkan dan mendapatkan perlindungan dari pemerintah terkait dengan harga agar stabil agar tidak merugikan mereka. 

Salah satu program pemerintah yang harus kita sambut adalah redistribusi aset. Pemerintah berupaya untuk melakukan redistribusi tanah-tanah kepada masyarakat. Ini bisa kita menjadi peluang kita untuk bisa diolah. Tanah-tanah tersebut harus dikelola dan diolah secara produktif. 

Geliat NU di sektor ekonomi semakin baik. Sekarang juga ada Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN). Bagaimana saran bapak untuk HPN?

Semoga mereka bisa menangkap peluang bisnis atau usaha yang ada dengan cerdas dan juga bisa mengimplementasikan peluang-peluang tersebut menjadi nyata untuk kesejahteraan umat.

Senin, 15 Mei 2017

Demi Perdamaian Dunia, GP Ansor akan Gelar Halaqah Internasional

Jombang, 
Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (GP) Ansor akan menggelar halaqah internasional yang direncanakan dipusatkan di GOR Hasbullah Said Bahrul Ulum Tambakberas Jombang sejak Ahad hingga Senin (21-22/05/2017) mendatang. Halaqah ini mengambil tema Menuju Rekontekstualisasi Islam Demi Perdamaian Dunia dan Harmoni Peradaban.

Kegiatan yang bekerjasama dengan Pengurus Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PC ISNU) dan PC GP Ansor Kabupaten Jombang ini akan membahas berbagai persoalan kebangsaan di beberapa negara. Terutama isu-isu yang berkaitan dengan hubungan antara Muslim dan non-Muslim di berbagai negara serta keberadaan negara-bangsa modern dan keabsahannya sebagai sistem politik yang mengikat kehidupan umat Islam.

"Jadi, dari berbagai persoalan wawasan keagamaan dunia Islam yang terjadi di berbagai negara itu, kami ingin mengetahui lebih detail melalui halaqah ini. Setelah mengetahui kondisinya, forum nanti kami harapkan bisa merumuskan peta jalan menuju rekontekstualisasi Islam demi perdamaian dan harmoni peradaban," ujar Sholahul Am Notobuwono (Gus Aam), Ketua Panitia Halaqah Internasional GP Ansor, Senin (15/5).

Gus Aam menjelaskan, ada beberapa persoalan negara-bangsa yang terjadi di berbagai negara berkaitan dengan interaksi Muslim dan non-Muslim. Di samping itu, pergerakan golongan-golongan yang berpotensi mengancam keutuhan berbangsa dan bernegara juga akan menjadi salah satu poin pembahasan dalam forum tersebut.

Untuk membahasnya, panitia sudah mengundang perwakilan dari berbagai negara untuk menjadi pembicara dalam halaqah tersebut. Diantaranya Syeikh Kabir Helminski (Kentucky USA), Shuhaib Benseikh (Marseille, Prancis), Ayeikh Ahmed (Abbadi, Maroko), C Holland Taylor (Bayt Ar Rahmah, USA), Magnus Ranstorp (Stockholm, Swedia), Syeikh Mohammed Abu El Fadl (Kairo, Mesir), Ash Shisty (India), Syeikh Amru Wardani (Kairo, Mesir), Mouhanad Khorchide (University Of Munster, Jerman), dan perwakilan dari Malaysia.

"Untuk undangan yang luar negeri, beberapa sudah konfirmasi kehadiran. Terutama Mesir sudah pasti datang. Komunikasi terus kita lakukan, sudah hampir semuanya memberi kepastian hadir. Kalau pembicara dari dalam negeri ada perwakilan dari Muhammadiyah, pemerintahan, BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), dan BIN (Badan Intelejen Negara)," jelas Gus Aam.

Adapun peserta kegiatan ini diperkirakan sekitar 400 orang. Terdiri dari pengurus Ansor dari seluruh Indonesia, kiai-kiai pesantren, akademisi, Forum Musyawarah Ponpes, RMI (Rabitah Ma'had Islamiyah), dan utusan Banom (Badan Otonom) NU. 

"Forum ini dialognya aktif. Jadi, nanti dari beberapa narasumber bisa saling menanggapi secara langsung. Begitupun peserta," bebernya.

Menurut Gus Aam, berbagai pembahasan yang dikaji dalam halaqah internasional itu akan direkomendasikan dibedah kembali di negaranya masing-masing. "Karena bisa saja persoalan yang sudah dibahas disini nantinya akan relevan dengan yang terjadi di negara lain. Atau bisa saja hasil dari halaqah ini menjadi kesepakatan bersama lintas negara untuk perdamaian dunia dan harmoni peradaban," ulasnya. (NU Online)

Sabtu, 06 Mei 2017

Pemikiran KH Hasyim Asy'ari Dibedah di Gedung MPR

 JAKARTA – Untuk ke sekian kalinya, Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) menegaskan bahwa keislaman dan keindonesiaan tidak perlu dibenturkan. Penegasan itu disampaikan kembali oleh Gus Sholah saat membuka seminar yang membedah pemikiran KHM Hasyim Asy'ari di Gedung Nusantara V, Kompleks Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Senayan, Jakarta, Sabtu (6/5/2017).
Gus Sholah menjelaskan, dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, proses memadukan keislaman dan kebangsaan mengalami dinamika yang sangat tinggi. Mulai dari berdirinya Jong Islamieten Bond (Perhimpunan Pemuda Islam), terbitnya fatwa Resolusi Jihad, hingga masuknya sila pertama dalam Pancasila. Pasca kemerdekaan, proses tersebut berlanjut dengan pendirian Departemen Agama dan integrasi pendidikan Islam ke dalam sistem pendidikan nasional. "Juga, penerimaan Pancasila sebagai asas negara, terbitnya UU Perkawinan dan UU Peradilan Agama serta memasukkan pesantren dalam  nomenklatur pendidikan Islam," urai pria yang juga menjabat Rektor Universitas Hasyim Asy'ari (Unhasy) Tebuireng ini.
Dengan gambaran perjuangan tersebut, salah satu cucu pendiri NU itu menyayangkan jika saat ini masih ada upaya untuk mempertentangkan kembali antara keislaman dan keindonesiaan. “Mari kita mengislamkan Indonesia dan mengindonesiakan Islam,” seru Gus Sholah. 
Dalam kesempatan sama, Ketua MPR Zulkifli Hasan menjelaskan, Kiai Hasyim Asy'ari mengajarkan pada umat bahwa Islam dan nasionalisme tidak bertentangan. "Justru, keduanya saling menguatkan," ujar pria kelahiran Lampung ini.
Zulkifli Hasan mengaku sangat setuju dengan jargon yang dipopulerkan Kiai Hasyim, bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari iman. “Nampak sekali, Kiai Hasyim membangun spirit Islam dalam nasionalisme. Ulama sekelas beliau punya kapasitas untuk membangunnya,” tegas Zulkifli.
Ketua Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy'ari (PKPHA) Tebuireng Mif Rohim Syarkun menilai, fatwa Resolusi Jihad yang dicetuskan Kiai Hasyim telah menjadi inspirasi bagi seluruh elemen bangsa untuk meneguhkan kedaulatan Indonesia. "Maka, dalam momentum ini kita perlu mempersatukan MPR sebagai lambang kebesaran Indonesia dengan Tebuireng sebagai simbol kekuatan umat Islam, ulama, dan pesantren," ujarnya.
Selain Gus Sholah dan Zulkifli Hasan, seminar pemikiran Hadratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari ini juga dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin, dan ulama sepuh NU KH. Tholhah Hasan. Selain itu, tampak hadir Wakil Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz dan  keluarga besar KHM Hasyim Asy'ari serta civitas akademika Unhasy Tebuireng.TIMESBANYUWANGI

Jumat, 05 Mei 2017

Ada Kado Istimewa dalam Harlah Fatayat NU di Banyuwangi

BANYUWANGI – Perayaan Hari Lahir (Harlah) ke-67 Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat NU Kalibaru, Banyuwangi berlangsung meriah. Acara yang digeber di SMA NU, Kalibaru, tersebut juga diwarnai peluncuran kado istimewa untuk kader Fatayat setempat.
Kado yang dimaksud adalah peluncuran website resmi Fatayat NU setempat. Yakni www.fatayatnu.id. Untuk sekelas PAC, hal tersebut terbilang sangat keren.
Dalam sambutannya, Ketua PAC Fatayat NU Kalibaru, Atiqoh S Pd I, mengajak seluruh kader untuk mulai menata kemandirian. Dan sebagai langkah awal, mereka didorong untuk mandiri secara organisasi. Baru selanjutnya diteruskan pada tiap-tiap pribadi.
Atas tujuan tersebut, jangan heran dalam Harlah Fatayat, PAC setempat mengadakan pelatihan menulis bagi kader.
"Nantinya para peserta diharapkan mampu melahirkan karya-karya dalam bentuk tulisan, syukur-syukur bisa dirasakan langsung manfaatnya secara luas. Tulisan akan dishare melalui domain website Fatayat yang telah dimiliki," katanya, Jumat (5/5/2017).
Ketua PAC Fatayat NU Kalibaru, Atiqoh S Pd I,
saat memberi sambutan dalam Harlah Fatayat NU ke 67
Tak hanya kader Fatayat, pelatihan kali ini juga diikuti kader Badan Otonom (Banom) NU lainya. Seperti IPNU, IPPNU, serta lainya se Daerah Pemilihan (Dapil) 5 Banyuwangi. Meliputi Kecamatan Sempu, Genteng, Glenmore dan Kalibaru.
Namun, demi optimalnya penerimaan materi, jumlah peserta dibatasi agar suasana tenang dan peserta lebih fokus. Pemateri juga bisa lebih intens memberikan ilmu kepada peserta
“Sesuai dengan tujuan pelatihan, nantinya setiap kegiatan khususnya di Kalibaru dapat ter publish melalui domain website yang baru saja diluncurkan dengan tema Fatayat Menulis,” jelas Ketua PAC Fatayat NU Kalibaru yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banyuwangi ini.
Sementara itu, dari pantauan media dilokasi, seluruh peserta pelatihan terlihat cukup serius mendengarkan materi. Dan sekali ada yang kurang jelas, mereka langsung bertanya.
Rencananya, guna makin mematangkan, pelatihan serupa akan kembali digelar dengan waktu yang disesuaikan. Tujuanya, agar dengan bertambahnya usia Fatayat NU, kader yang dimiliki juga semakin berkualitas. (timesbanyuwangi)

Kamis, 04 Mei 2017

Kumpulan foto Konferensi Ranting GP Ansor Setail di PP Ibrahimy Jalen

Ranting GP Ansor desa Setail resmi terbentuk

Ranting GP Ansor  desa Setail resmi terbentuk dengan diadakannya acara konferensi  Ranting .kegiatan yang di hadiri anggota ranting,pengurus PAC GP Ansor  genteng ,kyai dan tokoh masyarakat setempat bertujuan merefres kepengurusan ranting dengan membentuk kembali struktur kepengurusan baru.

Sahabat Saeful Anam
Konferensi Ranting GP Ansor Setail diselenggarakan pada hari Selasa  2 Mei 2017  jam 19.00 Wib bertempat di Pondok Pesantren KH.Ibrahim Jalen (SMP Ibrahimy) dikemas  dalam bentuk rapat anggota yang di pimpin langsung oleh Ketua PAC GP Ansor genteng Abd.Kadir,M.Pd.I .

Setelah melalui mekanisme Musyawarah mufakat ,peserta rapat menyepakati Sahabat Saiful Anam sebagai Ketua Umum Ranting GP Ansor Setail sekaligus ketua Formatur .

langkah selanjutnya diharapkan team formatur ini bisa segera melengkapi  kepengurusan sebagai syarat memperoleh SK (Surat Keputusan) dari PC GP Ansor Banyuwangi.Gusno


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons | Re-Design by AnsorGenteng Online