BANYUWANGI – Seharian kemarin, wilayah Banyuwangi Selatan dinaungi awan hitam. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena bencana masih saja mengintai saat hujan melanda. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi menyebutkan, kondisi cuaca ekstrem seperti ini lebih disebabkan adanya gangguan di wilayah selatan Pulau Jawa.
Prakirawan BMKG Banyuwangi, Anjar Triono Hadi menjelaskan, hujan yang kerap melanda wilayah Banyuwangi ini lebih disebabkan adanya pusat tekanan rendah di perairan yang ada di selatan Pulau Jawa. Adanya pusat tekanan rendah itu membuat angin yang berembus lebih cenderung menuju ke tekanan rendah.”Ada gangguan sejak awal April lalu. Itu yang membuat kondisi di sini cenderung hujan disertai angin kencang,” jelasnya. Dari pantauan radar BMKG, gangguan pusat tekanan rendah itu masih akan terus berpotensi terjadi hingga dua hari ke depan. Jika pusat tekanan rendah itu tidak kunjung hilang, tentu saja kondisi cuaca di wilayah Banyuwangi masih cenderung hujan dengan kecepatan angin yang cukup tinggi.
”Waspada terus. Hujan dengan angin kencang masih terus terjadi baik pagi, siang atau malam hari,” tandasnya. Anjar juga meminta seluruh masyarakat, terutama di Banyuwangi Selatan untuk terus waspada hingga bulan Mei mendatang. Sebab di bulan itu merupakan bulan transisi cuaca dari musim hujan ke musim kemarau. Potensi bencana saat musim transisi juga lebih besar kemungkinan terjadi.
”Kalau musim transisi tidak hanya hujan dan angin kencang. Angin puting-beliung juga bisa berpotensi terjadi,” tambah Anjar. Cuaca hari ini, seluruh wilayah Banyuwangi masih terus diselimuti awan dengan potensi hujan ringan hingga lebat. Untuk wilayah dengan topografi lebih tinggi, seperti wilayah Banyuwangi barat dan tengah diprediksi akan dilanda hujan cukup lebat.
”Secara keseluruhan masih berpotensi hujan. Intensitasnya mulai ringan hingga lebat,” terangnya. Saat hujan melanda dengan kondisi awan gelap, hal lain yang perlu diwaspadai, yakni petir. Masyarakat diminta tidak menghidupkan televisi saat hujan disertai petir dengan berlangsung. Sebab, hal itu bisa memicu sambaran petir ke antena pemilik rumah yang menghidupkan televisi.
”Baik TV kabel maupun antena lebih baik dimatikan saja saat ada petir. Semua barang elektronik lebih baik dimatikan juga untuk jaga-jaga jika petir terjadi,” imbuhnya.
Sementara itu, akibat cuaca ekstrem ini pihak BMKG pusat juga telah memberikan warning kepada masyarakat nelayan di pesisir Laut Selatan untuk lebih berhati-hati dalam melaut. Sebab, gelombang dengan ketinggian 1,3 hingga 2,5 meter masih berpotensi terjadi saat gangguan pusat tekanan rendah masih berlangsung.
”Untuk perairan di Selat Bali khusus penyeberangan masih aman gelombangnya. Tapi waspada angin saja, karena angin kencang sewaktu-waktu bisa terjadi di Selat Bali,” pungkasnya. (radar)
0 komentar:
Posting Komentar